Sabtu, 08 September 2012

MEMBERI dan MENERIMA


Ada sebuah rumusan amat valid, yaitu :
‘Ketika kita memberi, maka di saat itupun ada sesuatu yang kita terima’.

Dan realitasnya niscaya kira-kira seperti ini :
Ketika kita memberikan hal apapun yang bernilai manfaat, seperti memberi (mengucapkan) salam, memberi (berbagi) ilmu, menolong, bersedekah, dsb, yang semua itu dilakukan dengan tulus-ikhlas, maka di saat bersamaan atau seketika itu pula kita mendapatkan sesuatu.
Dan sang ‘sesuatu’ itu bisa berupa perasaan lega, 'plong', dan yang semacamnya. Yang dengan neumena-neumena (rasa) seperti itu, insya Allah kita jadi layak mengharap balasan pahala hingga harap akan balasan penerimaan tertinggi, yaitu berupa ridha Allah ta’ala.

Tapi apabila tatkala memberi itu tiada ikhlas, apalagi jika diiringi ‘bertepuk dada’, alias seraya dibarengi ujub, ria dan takabur, maka di saat itupun tentu akan didapat neumena pula. Dan neumena itu mustahil berujud rasa em-plong ataupun perasaan lega. Melainkan ujud neumena berupa perasaan berbangga-bangga diri yang nilainya semu dan palsu.
Dengan pola-pola kepalsuan seperti itu, jangan harap bakal mendapat pahala, apalagi ridha-Nya.
Malah ancaman laknatullah akan selalu mengiringi kesadaran setiap pelakunya ….

Nau’dzubillah. Astagfirullahal’adziim.
Kita berlindung kepada Allah dari perilaku buruk seperti itu.
Seraya bermohon pula, agar DIA senantiasa Mengkaruniakan keikhlasan dalam setiap amalan kita.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More