This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sabtu, 08 September 2012

memilih kucing



Sekedar intermezo.
Mudah-mudahan dapat membuat kita rileks sejenak.

Hayoh bagi sesiapa yg belum dapet ucing, silahkan pilih ucingnya masing-masing.
Hayoh lagi, jangan malu-malu ucing lho. Lha nanti nggak kebagian ucing dunk.
Dan jangan lupa, nanti ucingnya mesti rajin diurus and diberi makan yang memenuhi standar gizi si ucing ya.

Hadits tentang kucing :
Dari Abu Qotadah radliyallaahu 'anhu, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda perihal kucing, bahwa kucing itu tidaklah najis, ia adalah termasuk hewan berkeliaran di sekitarmu. (Diriwayatkan oleh Imam Empat dan dianggap shahih oleh Tirmidzi dan Ibnu Khuzaimah)

Seorang wanita masuk neraka karena mengikat seekor kucing tanpa memberinya makanan atau melepaskannya mencari makan dari serangga tanah. (HR Shahih Bukhari)

NB : ayo bergabung di Pesona TAUHID.
Sebuah halaman unduhan gratis ebook Pesona TAUHID yg mengusung prinsip (paradigma) Kaaffah, sbg sebuah kerangka berpikir yg telah disunahkan Rasulullah guna meniti jalan Tauhid.


adakah mungkin aku


Pernahkah engkau mengalami suatu keadaan yg membuat hidupmu seperti ditarik mundur, jauh dari harapan?

Pernahkan engkau mengalami kemunduran itu, lalu tiba2 melesat cepat ke de
pan dan meraih banyak hasil?

Pada umumnya manusia pasti pernah merasakan hal-hal spt itu .

Kadang kita ini Ibarat anak panah didalam kehidupan ...!
~Ada masa2 anak panah itu melesat cepat terlepas dari busurnya menuju sasaran yg dimaksudkan.

~Ada masanya anak2 panah itu harus istirahat dlm kantong.

Namun bila waktunya tiba, anak panah itu akan dipasang dlm busurnya dan ditarik kebelakang...Sejauh mungkin utk mencapai suatu sasaran.

~Semakin jauh tarikannya, semakin jauh pula jarak yg akan ditempuh.

~Semakin panjang rentang busur menarik ancang2, semakin cepat pula anak panah itu melesat.

Jadi...

Jika engkau seperti dlm keadaan yg mundur, bersabarlah...

Mungkin saja kita tengah berada di busurnya dan sedang ditarik jauh2 ke belakang, agar di saat kau dilepaskan, kau memiliki daya dorong yg kuat utk mencapai sasaran.

Jangan putus asa dan terkulai !! Jangan Kecewa dan Jangan Putus Asa karena kita adalah ibarat anak2 panah.

Hidup kita ini harus punya Target utk mencapai suatu Sasaran yg sudah pasti .

Tetaplah semangat, tetaplah bersabar, krn semua akan indah pada waktunya.

KITA IBARAT SEPERTI ANAK PANAH ...


Pernahkah engkau mengalami suatu keadaan yg membuat hidupmu seperti ditarik mundur, jauh dari harapan?

Pernahkan engkau mengalami kemunduran itu, lalu tiba2 melesat cepat ke de
pan dan meraih banyak hasil?

Pada umumnya manusia pasti pernah merasakan hal-hal spt itu .

Kadang kita ini Ibarat anak panah didalam kehidupan ...!
~Ada masa2 anak panah itu melesat cepat terlepas dari busurnya menuju sasaran yg dimaksudkan.

~Ada masanya anak2 panah itu harus istirahat dlm kantong.

Namun bila waktunya tiba, anak panah itu akan dipasang dlm busurnya dan ditarik kebelakang...Sejauh mungkin utk mencapai suatu sasaran.

~Semakin jauh tarikannya, semakin jauh pula jarak yg akan ditempuh.

~Semakin panjang rentang busur menarik ancang2, semakin cepat pula anak panah itu melesat.

Jadi...

Jika engkau seperti dlm keadaan yg mundur, bersabarlah...

Mungkin saja kita tengah berada di busurnya dan sedang ditarik jauh2 ke belakang, agar di saat kau dilepaskan, kau memiliki daya dorong yg kuat utk mencapai sasaran.

Jangan putus asa dan terkulai !! Jangan Kecewa dan Jangan Putus Asa karena kita adalah ibarat anak2 panah.

Hidup kita ini harus punya Target utk mencapai suatu Sasaran yg sudah pasti .

Tetaplah semangat, tetaplah bersabar, krn semua akan indah pada waktunya.

MEMBERI dan MENERIMA


Ada sebuah rumusan amat valid, yaitu :
‘Ketika kita memberi, maka di saat itupun ada sesuatu yang kita terima’.

Dan realitasnya niscaya kira-kira seperti ini :
Ketika kita memberikan hal apapun yang bernilai manfaat, seperti memberi (mengucapkan) salam, memberi (berbagi) ilmu, menolong, bersedekah, dsb, yang semua itu dilakukan dengan tulus-ikhlas, maka di saat bersamaan atau seketika itu pula kita mendapatkan sesuatu.
Dan sang ‘sesuatu’ itu bisa berupa perasaan lega, 'plong', dan yang semacamnya. Yang dengan neumena-neumena (rasa) seperti itu, insya Allah kita jadi layak mengharap balasan pahala hingga harap akan balasan penerimaan tertinggi, yaitu berupa ridha Allah ta’ala.

Tapi apabila tatkala memberi itu tiada ikhlas, apalagi jika diiringi ‘bertepuk dada’, alias seraya dibarengi ujub, ria dan takabur, maka di saat itupun tentu akan didapat neumena pula. Dan neumena itu mustahil berujud rasa em-plong ataupun perasaan lega. Melainkan ujud neumena berupa perasaan berbangga-bangga diri yang nilainya semu dan palsu.
Dengan pola-pola kepalsuan seperti itu, jangan harap bakal mendapat pahala, apalagi ridha-Nya.
Malah ancaman laknatullah akan selalu mengiringi kesadaran setiap pelakunya ….

Nau’dzubillah. Astagfirullahal’adziim.
Kita berlindung kepada Allah dari perilaku buruk seperti itu.
Seraya bermohon pula, agar DIA senantiasa Mengkaruniakan keikhlasan dalam setiap amalan kita.

AL LATHIIFU


Allah Al Lathiifu. DIA Maha Halus.
Yaitu bahwa Allah ta’ala Maha Menguasai serta Maha Mengetahui hingga realitas super kecil atau realitas teramat halus yang kehalusannya tiada berhingga.

Kita sudah bahas tentang Sifat Allah Yang Al Kabiir, Yang Maha Besar. Dimana keMaha-BesaranNya pun berada di tataran tak berhingga pula.
Bila untuk dapat sedikit mengetahui keMaha-Besaran Allah dari sisi keilmuan antara lain melalui disiplin ilmu kosmologi, dan salah satunya berupa teori inflasi (lihat uraiannya di status berjudul : Al Kabiiru), maka melalui ilmu fisika pula kitapun dapat sedikit mengetahui Sifat-Nya Yang Al Lathiif.

Dewasa ini, teori paling anyar tentang upaya manusia dalam mengungkap realitas super kecil adalah berupa teori super string (string theory) atau teori dawai.
Teori tersebut mengungkap indikasi adanya realitas super halus dalam realitas duniawi ini, yang keberadaannya bukan di dalam ruang dan waktu (4 dimensi) yang telah kita kenal dan sudah berupa konvensi.
Teori dawai mengemukakan ajuan hipotesa, bahwa alam ini memiliki lebih dari 10 dimensi. Dimana semakin tinggi dimensinya, makin halus pula tingkat realitasnya. Dimensi ke-5 dan seisinya, lebih halus dari isi yang 4 dimensi. Dimensi ke-6 dan seisinya, lebih halus lagi dari seisi dimensi ke-5, dst.
Dan konteks ‘halus’ ini bisa berarti amat kecil ataupun sangat canggih dan teramat kompleks.

Benar bahwa teori dawai masih bersifat hipotesis.
Pembuktian empiriknya sungguh amat sulit (bahkan mungkin tak akan pernah bisa dibuktikan secara empirik, wallahu’alam). Sehingga pendekatannya lebih pada pendekatan matematis yang perkembangan sudah sedemikian maju dan didukung dengan pendekatan piktorial (= visualisasi berdasar gabungan matematis, holografis, dan daya imajinasi manusia).
Tapi faktanya pasti nyata !
Realitasnya pastilah amat nyata !
Yaitu nyata adanya keberadaan realitas super kecil itu, realitas yang teramat halus dalam ‘lapisan’ dimensi-dimensi itu, sebab Dzat Pencipta segala realitas di semesta alam ini adalah Dzat Yang Ahad dan DIA Al Lathiif.

Sebut saja bahwa teori dawai baru berbicara tingkat ‘kehalusan’ di alam dunia, belum bicara alam akhirat yang pendekatannya mesti melalui agama samawi, khususnya dalam dienul Islam.
Sebagaimana teori inflasi yang membahas realitas super besar, maka teori super string inipun adalah sebuah teori yang paling tidak disukai oleh para fisikawan, khususnya fisikawan yang jurusan atheisme.
Kedua teori itu dewasa ini dianggap oleh (mayoritas) fisikawan sedunia sebagai ilusi (khayalan) manusia.
Mereka (para atheis) tidak menyukai kedua teori itu, sebab keduanya berbicara tentang tatanan ketertataan yang ternyata sedemikian merata berlaku dalam setiap rentangan ruang-waktu, yaitu sejak realitas super besar hingga super kecil, dan tiada sedikit celahpun di alam raya ini yang tidak tertata dan tanpa aturan.

Prinsip ketertataan (sistematika) tentu selalu dicari oleh ilmuwan manapun.
Tapi ketika ketertataan itu sedemikian isotropik (merata di mana-mana), maka manusia atheis berbalik jadi tak suka.
Nah inilah sejenis perilaku fasik yang polanya selalu parsial. Yakni saat menyetujui keteraturan yang di sebelah sono, tapi menolak (mengingkari) ketertataan yang ada di sini, atau sebaliknya.
Hal itu karena prinsip ketertataan yang sedemikian isotropik itu ujung-ujungnya selalu memunculkan sebuah keniscayaan, bahwa di balik semua itu pastilah ada Super Sistem yang mengaturnya.

Dan bagi kita selaku umat Islam, Super Sistem itu memang suatu bagian dari hal yang wajib kita imani.
Bertitik tolak dari keimanan itu, bahwa Yang (Mampu) Menggenggam Super Sistem dan seluruh realitas di semesta alami ini tentu hanya Allah ta’ala, Tuhan Yang Ahad, Yang Al Kabiiru dan Al Lathiifu.
DIA Yang Menggenggam seluruh Ciptaan-Nya berupa realitas super besar, dan DIA Kuasai serta DIA Ketahui pula setiap detail ujud, sifat, dan segenap pergerakannya hingga tingkat kehalusan yang tiada berhingga.

Yaa Lathiif, yaa Lathiif, yaa Lathiif …
Subhanallah wabihamdihi subhanallahil’adziim.
Allahu akbar kabiira, walhamdulillahi katsiraa, wa subhanallahi bukrataaw-wa assyiilaa …..

Motivasi hari ini


Kekhawatiran adalah sinyal dari masalah yang lebih dalam.
Kekhawatiran mengatakan bahwa kita selalu Tidak Yakin pada diri kita sendiri .
Prioritas-prioritas kita menjadi kacau ketika kita khawatir.

Setiap kali prioritas yang lain mengambil alih posisisi teratas itu, level kekhawatiran kita akan meningkat.

Jika Anda menempatkan karir Anda di tempat pertama, Anda tentu aka
n mengkhawatirkannya karena Anda tidak ingin jatuh.
Jika Anda menempatkan hubungan Anda di tempat pertama, Anda akan mengkhawatirkannya pula.
Anda akan takut hubungan Anda terputus.

Khawatir akan menghilangkan Kegembiraan kita pada hari ini sedangkan kitapun tak tahu apa yang akan terjadi di hari esok

Anda ingin berhenti khawatir?
Tataplah hari ini dgn penuh Optimis dan jalani dgn Hati yang Riang .

Imanilah dengan sungguh sesuai Kepercayaan dan Agama anda , Tempatkanlah Allah sebagai prioritas hidup Anda.
Itu selalu menjadi titik awal untuk mengatasi kekhawatiran.

Akankah dengan membaca ini mk akan mengubah cara hidup Anda hari ini ....?
Disitulah Keyakinan anda dipertanyakan.

Keutamaan Hari Jum’at dan Sunnah-sunnahnya..



Ahlan Wa Sahlan,Marhaban fii zaumina hadza

Buat Akhina Wa Ukhtina yang ingin TAG or SHARE PICT'a,di persilahkan "BEBAS"
...
Silahkan Bantu sahabat'' lain ngETaG ya

ANA UHIBUKA LADZI AHBABTANI LAHUU

Alhamdulillaah…..
Segala Puji bagi Allah Tuhan Seru sekalian alam.Tuhan Yang Maha Rahman.Maha Rahim.. Shalawat serta salam senantiasa tercurah untuk kekasih Allah,Muhammad Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam.Allahumma Shalli wa Salim Ala Sayyidina Muhammadin wa Ala aali Sayyidina Muhammadin fi Kulli Lam Hatin wa na Fasinn bi'adadi Kulli Ma'lu Mil Lak.

Yaa Rabbi...Ajarilah kami bagaimana memberi sebelum meminta,berfikir sebelum bertindak,santun dalam berbicara,tenang ketika gundah,diam ketika emosi melanda,bersabar dalam setiap ujian.Jadikanlah kami orang yg selembut Abu Bakar Ash-Shiddiq,sebijaksana Umar bin Khattab,sedermawan Utsman bin Affan,sepintar Ali bin Abi Thalib,sesederhana Bilal,setegar Khalid bin Walid radliallahu'anhumღ..Aamiin ya Rabbal'alamin.

Segala puji hanya bagi Allah,shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah , dan aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi-Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan -Nya.. Amma Ba’du:

Sesungguhnya Allah telah mengkhususkan umat Nabi Muhammad dan mengistimewakan mereka dari umat-umat yang lainnya dengan berbagai keistimewaan. Diantaranya adalah Allah memilihkan bagi mereka hari yang agung yaitu hari jum’at.

A. Keutamaan Hari Jum’at

Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah dan Hudzaifah -radhiallahu ‘anhuma- berkata, “Allah telah merahasiakan hari jum’at terhadap umat sebelum kita, maka orang-orang Yahudi memiliki hari sabtu, orang-orang Nashrani hari ahad, maka Allah mendatangkan umat ini, lalu Dia menunjukan kita hari jum’at ini, maka Dia menjadikan urutannya menjadi jum’at, sabtu ahad, demikian pula mereka akan mengikuti kita pada hari kiamat, kita adalah umat terakhir di dunia ini namun yang pertama di hari kiamat, yang akan diputuskan perkaranya sebelum makhluk yang lain.” (HR. Muslim no: 856)

Dalam hadits lain, Rasulullah bersabda, “Hari terbaik terbitnya matahari adalah pada hari jum’at, pada hari itu Adam diciptakan, pada hari itu pula dimasukkan ke dalam surga dan pada hari itu tersebut dia dikeluarkan dari surga.” (HR. Muslim no: 854)

Di antara keutamaan hari ini adalah Allah menjadikan hari ini sebagai hari ‘ied bagi kaum muslimin. Dari Ibnu Abbas bahwa Nabi Muhammad bersabda, “Sesungguhnya hari ini adalah hari raya, Allah menjadikannya istimewa bagi kaum muslimin, maka barangsiapa yang akan mendatangi shalat jum’at maka hendaklah dia mandi.” (Ibnu Majah no: 1098)

Pada hari ini terdapat saat terkabulnya do’a, yaitu saat di mana tidaklah seorang hamba meminta kepada Allah padanya kecuali dia akan dikabulkan permohonannya. Dari Abi Hurairah , bahwa Nabi Muhammad bersabda, “Sesungguhnya pada hari jum’at terdapat satu saat tidaklah seorang muslim mendapatkannya dan dia dalam keadaan berdiri shalat dia meminta kepada Allah suatu kebaikan kecuali Allah memberikannya, dan dia menunjukkan dengan tangannya bahwa saat tersebut sangat sedikit.” (HR. Muslim no: 852 dan Bukhari no: 5294)

Para ulama berbeda pendapat tentang waktu terjadinya dan pendapat yang paling kuat adalah dua pendapat :

1. Yaitu saat duduknya imam sehingga shalat selesai, dan alasan ulama yang berpendapat seperti ini adalah apa yang diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Barrah bin Abi Musa bahwa Abdullah bin Umar berkata kepadanya, “Apakah engkau pernah mendengar bapakmu membacakan sebuah hadits yang berhubungan dengan saat mustajab pada hari jum’at?. Dia berkata: Ya aku pernah mendengarnya berkata: Aku telah mendengar Rasulullah bersabda, “Dia terjadi saat antara imam duduk sehingga shalat selesai ditunaikan.” (HR. Muslim no. 853)

2. Dia terjadi setelah asar, dan pendapat inilah yang paling kuat di antara dua pendapat tersebut, sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Nasa’i dari Jabir d bahwa Nabi Muhammad bersabda, “Hari jum’at itu dua belas jam, tidaklah seorang hamba yang muslim memohon kepada Allah sesuatu pada hari itu kecuali Dia akan memperkenankan permohonan hamba -Nya itu, maka carilah dia pada akhir waktu asar” (HR. An-Nasa’i: no: 1389).

Pendapat inilah yang dipegang oleh sebagian besar golongan salaf, dan telah didukung oleh berbagai hadits. Adapun tentang hadits riwayat Abi Musa yang sebelumnya maka hadits tersebut memiliki banyak cacat dan telah disebutkan oleh Al-hafiz Ibnu Hajar di dalam kitab Fathul Bari. (Fathul Bari : 2/421-422)

Di antara keutamaannya adalah bahwa hari itu adalah hari dihapuskannya dosa-dosa. Dari Abi Hurairah bahwa Nabi Muhammad bersabda, “Shalat lima waktu, jum’at ke jum’at yang lainnya dan ramadhan ke ramadhan yang lain adalah penghapus dosa antara keduanya selama dosa-dosa besar dijauhi”. (HR Muslim no. 233)

B.Adab-adab Hari Jum’at

Di antara adab-adab jum’at yang perlu dijaga oleh orang yang beriman adalah:

1. Disunnahkan bagi imam untuk membaca, الم تنزيل yaitu surat As-Sajdah dan surat Al-Insan pada saat shalat fajar pada hari jum’at. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari hadits riwayat Ibnu Abbas bahwa Nabi Muhammad membaca pada waktu shalat fajar pada hari jum’at, (الم تنزيل) As-Sajdah dan Al-Insan (HR. Muslim no. 879)

2. Disunnahkan memperbanyak shalawat kepada Nabi Muhammad pada hari jum’at atau pada waktu malamnya, berdasarkan sabda Nabi dari Aus bin Aus, “Hari terbaik kalian adalah hari jum’at, pada hari itu Adam diciptakan, pada hari itu dicabut nyawanya, pada hari itu akan terjadi tiupan sangkakala, pada hari itu dimatikannya seluruh makhluk pada hari kiamat, maka perbanyaklah membaca shalawat bagiku sebab shalawat kalian didatangkan kepadaku”. Mereka bertanya, “wahai Rasulullah, bagiamana shalawat kami didatangkan kepadamu padahal dirimu telah menjadi tulang belulang yang telah remuk? Atau mereka berkata: Engkau telah remuk mejadi tanah?. Maka Nabi Muhammad bersabda: Sesungguhnya Allah telah mengharamkan kepada bumi memakan jasad para Nabi ‘alaihimus shalatu was salam.” ( HR. An-Nasa’I no: 1374)

Diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa Nabi Muhammad bersabda: “Perbanyaklah membaca shalawat bagiku pada hari jum’at dan malam jum’at, sebab barangsiapa yang membaca shalawat kepadaku satu shalawat saja maka Allah akan membaca shalawat kepadanya sepuluh kali shalawat”. (HR. Al-Baihaqi 3/249 no. 5790)

Namun, tentu perlu kita perhatikan bahwa shalawat itu harus sesuai sunnah. Yang paling gampangnya adalah sebagaimana shalawat kita di waktu membaca tahiyyat di waktu shalat.

Bukan bershalawat dengan shalawat yang tidak ada tuntunannya (shalawat-shalawat bid’ah), atau bahkan shalawat yang diharamkan karena mengandung kesyirikan, sebagaimana yang tersebar di masyarakat, yang jika betul-betul kita cermati, maka akan kita dapatkan kata-kata yang melampaui batas dalam memuji Nabi , menetapkan bahwa beliau mempunyai sifat-sifat ketuhanan, ataupun bertawasul dengan hal yang dilarang.

Tentang memuji Nabi dengan berlebihan, ini sudah dilarang oleh Nabi , sebagaimana sabda beliau dalam hadits Umar , “Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku, sebagai-mana orang-orang Nasrani telah berlebih-lebihan memuji ‘Isa putera Maryam. Aku hanyalah hamba-Nya, maka kata-kanlah, ‘‘Abdullaah wa Rasuuluhu (hamba Allah dan Rasul-Nya).” (HR. Bukhari no. 3445)

Dengan kata lain, Rasulullah mengaskan, janganlah kalian memujiku secara bathil dan janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku. Hal itu sebagaimana yang telah dilakukan oleh orang-orang Nasrani terhadap ‘Isa -‘alaihissalam-, sehingga mereka menganggapnya memiliki sifat Ilahiyyah. Karenanya, sifatilah aku sebagaimana Rabb-ku memberi sifat kepadaku, maka katakanlah: “Hamba Allah dan Rasul (utusan)-Nya.” (Aqiidatut Tauhiid hal. 151)

Dan juga, pelaksanaan “shalawat-an” ini tidak perlu dilakukan secara berjama’ah di tempat-tempat yang dikeramatkan, di kuburan, atau diacarakan di masjid-masjid dengan menggunakan rebana-rebana. Semua ini tidak ada tuntunanya, bahkan dilarang dalam agama Islam. Cukup kita laksanakan sendiri-sendiri, karena Allah Maha Mengetahui semua amalan hambanya.

3. Perintah untuk mandi jum’at dan masalah ini sangat ditekankan, bahkan sebagian ulama mengatakan wajib.

Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Sa’id Al-Khudri berkata: “Aku bersaksi bahwa Rasulullah bersabda: Mandi pada hari Jum’at diwajibkan bagi orang yang telah mencapai usia baligh dan menjalankan shalat sunnah dan memakai minyak wangi jika ada.” (HR. Bukhari no.880)

4. Disunnahkan menggunakan minyak wangi dan siwak, memakai pakaian yang terbaik. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam kitab musnadnya dari Abi Sa’id Al-Khudri dan Abi Hurairah bahwa Nabi Muhammad bersabda, “Barangsiapa yang mandi pada hari jum’at, memakai siwak, memakai pakaian yang terbaik, memakai minyak wangi jika dia memilikinya, memakai pakaian yang terbaiknya kemudian mendatangi masjid sementara dia tidak melangkahi pundak-pundak orang lain sehingga dia ruku’ (shalat) sekehendaknya, kemudian mendengarkan imam pada saat imam berdiri untuk berkhutbah sampai dengan selesai shalatnya maka hal itu sebagai penghapus dosa-dosa yang terjadi antara jum’at ini dengan hari jum’at sebelumnya.” (HR. Imam Ahmad: 3/81)

5. Membaca surat Al-Kahfi. Diriwayatkan oleh Al-Hakim dari hadits Abi Said Al-Khudri bahwa Nabi Muhammad bersabda, “Barangsiapa yang membaca surat Al-kahfi pada hari jum’at maka sinar akan memancar meneranginya antara dua jum’at”. (Al-Hakim: 3/81)

6. Disunnahkan bersegera menuju shalat jum’at.

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam musnadnya dari Aus Ats-Tsaqofi dari Abdullah bin Amru berkata: “Aku telah mendengar Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang memandikan dan mandi, lalu bergegas menuju masjid, mendekat kepada posisi imam, mendengar dan memperhatikan khutbah maka baginya dengan setiap langkah yang dilangkahkannya akan mendapat pahala satu tahun termasuk puasanya.” (Imam Ahmad di dalam kitab musnadnya: 2/209)

Diriwayatkan dari Abi Hurairah bahwa Nabi Muhammad bersabda: “Barangsiapa yang mandi pada hari jum’at yang sama seperti mandi janabah kemudian bersegera (datang pertama ke masjid) pergi ke masjid maka dirinya seakan telah berkurban dengan seekor unta yang gemuk. Dan barangsiapa yang pergi pada masa ke-2 maka dia seakan berkurban dengan seekor sapi. Dan barangsiapa yang pergi ke masjid pada saat yang ke-3 maka dia seakan telah berkurban dengan seekor kambing yang bertanduk. Dan barangsiapa yang pergi ke masjid pada saat yang ke-4 maka dia seakan telah berkurban dengan seekor ayam. Dan barangsiapa yang pergi ke masjid pada saat yang ke-5 maka dia seakan telah berkurban dengan sebutir telur. Dan apabila imam telah datang, maka para malaikat hadir mendengarkan dzikir (khutbah).” ( HR. Bukhari no. 881)

Dan bersegera menuju masjid untuk shalat jum’at termasuk perbuatan sunnah yang agung nilainya, namun banyak dilalaikan oleh banyak masyarakat, dan semoga hadits-hadits yang telah disebutkan di atas bisa memberikan motivasi dan memperkuat tekad, serta mengasah semangat untuk bersegera meraih nilai yang utama ini. Allah berfirman, “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali-Imron: 133). Wallohu a’lam.

Mau Dapat Suami Shalih? Hindari Busana Seksi



By: Yulianna PS
Penulis Novel Perjuangan Meminang Bidadari

Berbusana seksi ditempat umum, telah menjadi bagian dari gaya hidup wanita zaman sekarang. Berbagai motif menjadi alasan wanita golongan penjaja aurat. Ada yang berkesimpulan bahwa berbusana seksi ditempat umum merupakan kebanggaan, ada yang beralasan mengikuti tren, ada juga yang beranggapan bahwa berbusana seksi merupakan cara ampuh untuk memikat calon pasangan.

Penulis merasa prihatin dengan stigma sesat seperti ini, bahwa busana seksi adalah jurus jitu untuk mendekatkan jodoh, atau memikat calon suami ideal. Sungguh dangkal wanita yang menilai tubuh seksi sebagai aset mahal untuk memikat laki-laki. Dari kebanyakan fakta yang ada, busana seksi hanya dapat memikat kaum Adam berhidung belang, atau minimal lelaki ‘Kurim’ atau kurang iman. Salah besar jika beranggapan jodoh ideal atau berakhlak baik akan datang jika wanita rajin pamer aurat di jalanan.

...Busana seksi hanya memikat pria kurang iman dan berhidung belang...

Contoh sederhana yang sering ditemui dalam kehidupan masyarakat dari perilaku busana seksi adalah pelecehan demi pelecehan yang harus rela ditanggung oleh wanita. Wanita dikatakan baik dan dapat dijadikan harapan menjadi istri shalihah dan ibu yang baik bagi seorang anak apabila ia mempunyai sifat malu. Jika malu sudah tidak lagi menjadi karakternya, dalam artian ia rajin pamer aurat, maka bisa dipastikan bahwa ia wanita yang dangkal pemahaman agamanya, dan sedikit sekali pengertiannya terhadap tanggung jawab pada akhirat.

...ketakwaan dan pakaian syar’i memudahkan Muslimah mendapat pasangan shalih terbaik...

Sekali lagi, salah besar jika berpikir bahwa busana seksi adalah alat yang jitu untuk menarik calon suami yang baik. Jika ingin suami yang baik, wanita sangat urgen untuk memperbaiki kualitas dirinya, mempertebal keimanan, memperkuat kewajibannya sebagai muslimah, menjaga akhlak dan menjaga hijabnya, atau menutup auratnya. Jadikan ketakwaan dan pakaian syar’i untuk menambah matangnya kepribadian, dengan cara seperti ini, Allah akan memudahkanmu mendapat pasangan shalih terbaik menurut-Nya.

“Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula)…’’ (Qs An-Nur 26).


MENJADI ANAK KECIL



Menjadi Anak Kecil. Satu topik yang baca isinya mesti seksama.
Sebab bila salah tanggap, dikhawatirkan ada salah paham.
Bila tak teliti membaca dan terjadi mispersepsi, boleh jadi ada di antara pembaca status ini yang bener-bener ingin jadi anak kecil lagi.

Judul status ini sengaja dibuat, agar kita semua dapat fokus sejenak pada fenomena perilaku yang sudah biasa terjadi pada semua anak. Khususnya anak di masa-masa balita (masa bayi atau fase oral 0-1 tahun hingga fase falik 4-5 tahun) sampai dengan anak menjelang fase intelektual (sekitar 6-7 tahun).
Sebenarnya banyak perilaku anak yang menarik untuk kita amati. Tapi kini kita fokus saja pada satu fenomena sifat anak-anak, yaitu ketulusannya.

Bila kita perhatikan, tiap anak punya satu karakter yang polanya sama.
Setiap anak kecil di seluruh dunia, sifat khasnya selalu tulus.
Coba saja bayangkan. Anak-anak yang ditakdirkan punya ayah yang miskin, dia tetap menganggap orang tuanya itu sebagai ayah. Atau seorang anak yang wajah bapaknya pas jelek sekali, si anak itupun tetap saja ikhlas menerima sang bapak sebagai ayahnya.
Bahkan seorang anak di kota London yang ditakdirkan punya bapak miskin dan jelek, anak warga Inggris itu juga tetap saja konsisten memanggil ayahnya dengan sebutan daddy.

Di seantero negeri kita inipun, kita tidak pernah mendengar ada seorang anak yang mengeluh karena wajah bapaknya rada tampan, alias jelek.
Dan karena saking rada tampannya wajah sang bapak, si anak sampai-sampai berdoa di setiap mau tidurnya. Doanya kira-kira begini : “Ya Alloh, aku ni minta padaMu. Besok pagi saat ku bangun tidun, bapakku udah rubah jadi cakep. Kayak …, kayak Adjie Massaid deh !”.

Itulah gambaran ilustratif terhadap sebuah realitas yang faktual. Yaitu tentang satu pola karakter anak-anak sedunia, anak-anak di belahan bumi manapun, yang sifatnya selalu tulus, fitrahnya senantiasa ikhlas.
Betapa tulus-ikhlasnya seorang anak, sehingga bila ia dikaruniai takdir punya bapak yang sudah miskin, jelek, dan penyakitan pula, maka si anak itu tidak akan mau mengganti bapaknya dengan seorang sehat yang kaya, yang kekayaannya misal setara dengan hartanya Bill Gates dan wajahnya setampan almarhum Adjie Massaid.

Anak-anak seperti itu, tak akan mau ayahnya diganti dengan siapapun !
Anak-anak seperti itu, tidak akan sudi bapaknya tergantikan oleh siapapun !

Kemudian, sejalan dengan pertambahan usia anak, di fase intelektual (sekitar 6-7 tahun) dimana sang anak kian berkembang daya pikir analitisnya, maka akan semakin banyak pula keingin-tahuannya. Hingga 1001 pertanyaan ‘ini apa, itu mengapa’ kerap ia lontarkan.
Tapi sekali lagi, dalam ribuan hingga di berjuta lontaran pertanyaan itu, tak pernah satu kalipun seorang anak yang dikaruniai bapak berwajah rada tampan itu tadi mempertanyakan.
Misal dengan manja (tapi romannya rada cemberut) ia bertanya ke sang bapak : “Paaah …, kenapa wajah papah jelek sekali ?”.
Setiap anak tidak melontarkannya bukan karena pertanyaan seperti itu tak pas dengan norma sopan santun. Dan bukan pula karena pengetahuan akan sopan-santunnya masih sangat minim.
Tegasnya, hal itu tiada urusannya samasekali dengan acara adab sopan santun.
Melainkan karena si anak sudah ikhlas dan selalu ikhlas.
Fitrah setiap anak : mutlak murni ikhlas !
Yaitu dia sedemikian ikhlas menerima realitas apapun.
Sebab hakikatnya dia insan Islam, dia fitrahnya muslim.
Dia sadar dengan sebenar-benarnya kesadaran, bahwa realitas seperti itu adalah bagian dari Sunatullah. Yaitu bahwa semua realitas qadha-i dan qadari itu adalah Hak Sang Khalik, Hak Tuhan Yang Menciptakannya. Sehingga sebagai insan muslim responnya pun selalu tepat, yakni : ikhlas menerima dan berserah diri sahaja kepada Tuhannya.

Selanjutnya, dengan kian bertambah usia anak hingga dia dewasa, semakin banyak pula hal-hal yang mengintervensi (mempengaruhi) sehingga menginterverensi (mengganggu hingga ‘mengacaukan dan merusak’) nilai kemurnian fitrah ikhlasnya.
Karena dalam proses hidup dan kehidupan antar umat manusia, sejak di masa balita hingga akhir hayatnya selalu sarat dengan proses intervensi itulah, yaitu proses saling mempengaruhi di antara sesama insan, maka lama-kelamaan fitrah sang ikhlas itu jadi kian meluntur, menjadi semakin berkurang kemurniannya.

Kini di masa akil balig dan dewasa, kemudian ketika sudah menikah dan dia dikaruniai anak pula, si anak dulu itu jadi suka bikin aturan yang keluar dari Sunah Illahi.
Karena akibat negatif terkenai dampak interverensi, maka si anak yang dulu murni ikhlas itu jadi kerap berulah dengan ulah-perilaku yang menyimpang dari Hak-hak Robb-nya.

Faktanya bisa kita lihat a.l. dari hal-hal seperti ini :
Kita para orang tua suka menetapkan syarat tertentu agar anak-anak kita mau melakukan sesuatu. Misal bila anak mau belajar, dia dikasih permen. Syarat anak dapet sepeda (dibelikan sepeda) adalah bila ia rangking 5 besar di sekolah, dst. Dan bentuk-bentuk rangsangan (incentive motivation) seperti ini sah-sah saja, bila berdasar pola berpikir yang Kaaffah.
Akan tetapi jika pola pikir orang-tuanya pada parsial (berpola terkotak / terpisah), maka niscaya berakibat defects atau mengakibatkan kerusakan mental (alam pikiran) si anak.
Contoh pola pikir parsial akan nampak bila terhadap hal-hal (keduniawian) seperti itu selalu dirangsang dengan imbalan material tertentu, tapi misal jika si anak hingga usia pasca fase intelektual (lewat 7 tahun) nggak mau belajar shalat malah dibiarkan. Atau, bila anak mau belajar shalatpun orang tua menjanjikan sesuatu yang bukan dalam rangka pengenalan (memperkenalkan) Tuhannya, dan bukan pula karena pengenalan ilmu bahwa hal itu senyatanya adalah Hak Allah semata.

Ikhlas atau keikhlasan dalam berperilaku atau dalam setiap bentuk amalan, merupakan nilai yang sangat mendasar.
Uraian singkat di atas ialah salah satu bentuk penegasan, bahwa betapa penting nilai keikhlasan diri. Sebab keikhlasan adalah syarat mutlak mengalirnya ridha Allah. Dan ridha Illahi inilah NILAI HIDUP setiap insan Islam yang mesti dia perjuangkan di sepanjang masa hayat hidup dan hajat kehidupannya di dunia ini.

Taraf keikhlasan seseorang niscaya akan nampak tercermin pada pola perilaku dirinya sendiri serta akibatnya bagi lingkungan di sekitarnya.
Dengan catatan bahwa sebenar-benarnya nilai ikhlas, tentu hanya Allah sahaja yang Maha Mengetahuinya.
Dalam hal apapun, termasuk dan terlebih lagi dalam upaya memperbaiki nilai ikhlas diri kita masing-masing ini, maka acuannya mestilah Al Qur’an dan as-Sunnah.
Olehkarenanya dalam upaya memperbaiki nilai ikhlas diri dan ikhtiar meningkatkan kualitasnya, setelah Qur’an, pertama-tama kita harus mencontoh sunnah Rasulullah, karena perilaku beliau itulah sebaik-baik dan sebenar-benarnya teladan.
Adapun praktiknya tentu mesti melalui proses tolabul ilmi, harus melalui wacana mencari ilmu.

Di samping itu dari sisi keilmuan kontemporer, ada satu gagasan dari kalangan non muslim yang nampaknya patut kita jadikan tambahan ilmu. Dan sepanjang bernilai benar, maka ilmu yang digagas oleh kalangan manapun mestilah kita serap serta diamalkan. Karena hal kebenarannya itu, pastilah bersumber dari Allah jua.
Seorang psikiater asal Amrik bernama pak Thomas A. Harris (1910-1995), penulis buku best seller berjudul I’m Ok – You’re Ok (1967), mengemukakan tentang konsep model PAC (parent, adult, child).
Di situ ia kemukakan 3 (tiga) jenis ciri ego manusia, yaitu ego orang tua yang bijaksana namun cenderung menghakimi, ego orang dewasa yang logis-rasional namun cenderung kaku, dan ego anak kecil yang spontan-bersahabat tapi tak mau bertanggung-jawab.

Islam adalah agama yang memandang hal apapun secara kaaffah (menyeluruh), sehingga ketika insan-insan Islam MAU menerapkannya, niscaya akan selalu bermanfaat serta zero defect (terhindar dari berbagai kebathilan).
Dalam konteks zero defect, maka teori PAC pak Thomas itu kita ambil sisi-sisi positipnya, dan membuang yang serba negatifnya. Sehingga berdasar model PAC itu, sebagai insan-insan yang akil balig kita terapkan prinsip : bijaksana dan tak mudah menghakimi, bersikap rasional dan bertanggung-jawab, dan berusaha hangat-bersahabat kepada siapapun.

Hikmah terpenting dari seluruh uraian itu ialah bahwa bila dulu kita bisa benar-benar tulus-ikhlas, maka kini di saat-saat inipun, kita bisa ikhlas dan harus ikhlas !
Sebab ikhlas ialah syarat mutlak meraih ridha Allah, dan sekaligus akan menentukan kualitas jati diri kita sendiri.

Kita semua pernah jadi anak kecil.
Dulu, di sekian puluh tahun yang lalu itu, kita semua adalah insan-insan yang ikhlas dan sedemikian murni pula keikhlasan kita itu.
Namun sayang, semua itu kini tinggal kenangan.
Semuanya itu kini telah terbenam dalam relung-relung memori di kesadaran kita.
Walau entah tinggal seberapa persen kadar keikhlasan kita kini, kita mesti yakin bahwa di saat-saat inipun kita bisa berlaku ikhlas dalam hal apapun.
Sebab senyatanya memang kita harus ikhlas !

Satu cara untuk kembali bisa ikhlas, yaitu tak lain adalah balik kembali 'menjadi anak kecil'.
Dan konteksnya tentu samasekali bukan dengan cara berganti pakaian dengan kutung model anak-anak balita.
Melainkan mencoba meluangkan waktu untuk sejenak berkontemplasi, bertafakur atau bermuhassabah dengan diri sendiri guna me-retrieve, guna menggali serta menemukan kembali serpihan nilai-nilai ikhlas di dalam memori kesadaran kita.
Dengan niat serta tekad yang kuat, yang disertai kesungguhan dalam berikhtiar untuk selalu ikhlas, serta selalu diiringi doa ke hadhirat Illahi, insya Allah kita akan berhasil menemukan serpihan-serpihan sang ikhlas itu.

Kemudian, tolok ukur keberhasilan menemukan serpihan keikhlasan diri itu tentu mesti tercermin pula dalam setiap ucap-perilaku atau di setiap amalan kita.
Yaitu bila merujuk pada model PAC, salah satu tolok ukurnya ialah apakah kita sudah bisa dan terbiasa berlaku : bijaksana, bersikap nalar-rasional, serta hangat-bersahabat kepada siapapun.
Sebab semua ciri-ciri itu pulalah yang antara lain nampak pada insan yang paling ikhlas di seantero alam. Insan mulia yang amat kita cintai, insan yang kita diperintahkan untuk sekerap mungkin bershalawat kepadanya, dengan ucapan : Allahumma shalli ala Muhammad wa'ala alihi wasohbihi wassalam ....

ILMU


Pengetahuan atau sesuatu yang diketahui oleh manusia terbagi ke dalam 2 (dua) jenis.
Yaitu pengetahuan yang diperoleh manusia dari proses pikir, dan yang diketahui manusia tanpa melalui proses pikir atau tidak memerlukan proses berpikir samasekali.
Bentuk-bentuk (neumena) persepsi yang tidak memerlukan proses berpikir itu (proses ini kita sebut refleks akal), berupa pengetahuan.
Dalam hal ini, pengetahuan ini kita tetap istilahkan demikian (setidaknya di status ini).
Adapun setiap pengetahuan yang dihasilkan dari proses berpikir disebut ilmu pengetahuan atau ilmu.

Contoh proses refleks akal nampak a.l. pada saat tangan kita dicubit, saat melihat ada ucing lewat, dan di saat mencicipi gula pasir.
Dengan tanpa usah berpikir samasekali, seketika itu kita jadi tahu akan benarnya rasa sakit di tangan, si ucing, dan benarnya neumena rasa manis.
Kemudian pada saat setiap pengetahuan itu dipikiri, yaitu melalui proses pikir analitis (atau dianalisis), terlepas dari (sudah) benar atau (masih) salahnya, maka produk atau hasil olah pikir seperti itu menjadilah sebagai ilmu. Yaitu ilmu yang bernilai (sudah) benar ataupun (masih) salah.


Demikian itulah gambaran singkat tentang pola dasar proses terbentuknya pengetahuan beserta ilmu di dalam benak manusia.
Dan pola tersebut berlaku terhadap segala realitas yang mampu dipersepsi manusia, termasuk ketika dia mempersepsi Al Qur’an.

Ada beberapa hal yang perlu kita soroti dari prinsip ilmu.
Fungsi utama berpikir (khususnya berpikir analitis) yang produknya berupa ilmu itu ialah untuk BERAMAL.
Oleh sebab itu ilmu jadi benar-benar layak disebut ilmu jika diamalkan. Ilmu selalu melekat atau berkait erat dengan amal.
Sementara bila tiada amalannya, maka sang ‘ilmu’ itu hanya pantas disebut sebatas sebagai hapalan.

Setiap manusia tidak dapat melepaskan diri dari proses pikir. Manusia adalah satu-satunya mahluk berilmu, sebab dia selalu berpikir sesuai dengan kapasitas daya pikirnya.
Dengan demikian proses pikir manusia selalu simultan (berproses secara berkelanjutan), sehingga produk pikirnya pun nampak bagaikan ‘bertumpuk’.
Yaitu bertumpuknya antara seabreg pengetahuan, pengetahuan yang menjadi ilmu (yang sudah diamalkan), ilmu yang sebatas baru diketahui (atau hapalan), ilmu yang kemudian menjadi landasan bagi terbentuknya ilmu-ilmu baru, dst.

Di samping itu, ada satu ciri (perbedaan) yang sangat mendasar antara ilmu dan pengetahuan.
Setiap pengetahuan tidak berkait dan tidak memerlukan ungkapan leksikal (bentuk kata-kata) yang seperti apapun.
Sementara setiap ilmu selalu berkait dan selalu disertai dengan ungkapan kata atau sebutan.

Dari sisi pengetahuan, semua manusia di seluruh dunia yang berbeda-beda bahasa sudah pada tahu tentang rasa sakit, si ucing, dan rasa manis itu.
Dan benarnya ketiga contoh / fakta itu saat diketahui sebagai pengetahuan, jelas tidak memerlukan sebutan apapun.
Satu contohnya seperti pada sebutan rasa manis dari gula pasir. Maka apakah rasa itu mau disebut amis (Sunda), halwa (Arab), sweet (Inggris), dulce (Spanyol), süβ (Jerman), dsb, toh pola rasanya tetap sama saja sebagai sang manis yang itu-itu juga.
Itulah bahwa dari sisi pengetahuan, setiap kebenaran yang diketahui manusia jadinya selalu bersifat mutlak, sehingga dapat kita katakan tak perlu sebutan samasekali.
Bilapun saat ini kita menyebut-nyebut ketiga contoh itu melalui tulisan di forum FB ini, karena kita tengah mengkajinya dengan ilmu dan sebagai objek keilmuan.

Bila setiap pengetahuan manusia tidak dipikiri (lebih lanjut atau secara simultan), dan jadinya juga tiada pernah disebut dan tidak ada sebutannya, maka akibatnya bukan saja jadi tak ada ilmunya. Melainkan setiap pengetahuan itupun menjadi tiada (jadi tidak diketahui manusia).
Mobil, TV, komputer, website, Al Qur’an digital, dsb, yang dewasa ini faktanya sedemikian bertebaran mendunia dan diketahui serta disebut oleh manusia di seluruh dunia, jelas karena semua realitas itu benar-benar ada dan diamalkan (baik berupa amal baik maupun amal buruk / didustakan) oleh umat manusia.
Berabad-abad yang lalu, umat manusia di jaman itu tidak tahu sebutan-sebutan itu, karena realitasnya belum ada, sebutannya pun tiada, sehingga karena tiada / belum diketahui maka tidak relevan pula berbicara tentang pengamalan terhadap bentukan-bentukan realitas itu.
Dari situ nampaklah bahwa ilmu dan pengetahuan tak dapat dipisahkan. Keduanya bagaikan dua sisi berbeda pada koin.
Bila yang satu dihilangkan, maka yang lainnya pun jadi tiada.

Yang lebih menarik lagi, Al Qur’an yang kita ketahui dan kita terima ialah berbentuk kitab leksikal. Walau (agak) sepola, tapi hal ini jelas berbeda dengan yang diterima oleh para Nabi / Rasul yang menerimanya dalam bentuk wahyu.
Dari uraian di atas nampak bahwa salah satu alasan penting mengapa Al Qur’an yang kita terima berbentuk kitab leksikal (atau wahyu bagi para Nabi / Rasul), yaitu dalam hal ilmu dan amal atau pengamalannya.
Selain sebagai sumber ilmu, Al Qur’an akan benar-benar jadi bernilai bagi para perseptor yang mengimaninya ialah jika dan hanya jika nilai-nilai Al Qur’an itu DIAMALKAN.

Wallahu’alam bisshawab.
Subhanallah wabihamdihi, subhanallahil’adziim …..

6 Manfaat Penting dari Menikah



Bangun di pagi hari dan melihat seseorang yang paling kita cintai. Kamu tentu bisa membayangkan, betapa bahagianya momen saat itu. Namun, pernikahan seringkali jadi momok yang menakutkan bagi sebagian
orang. Mereka takut kehilangan kebebasan setelah menikah. Benarkah? Penasaran? Berikut adalah manfaat dari menikah, seperti dilansir Boldsky.

1. Setelah menikah, kamu akan punya banyak waktu untuk bersama dengannya. Melihatnya. Menatapnya.

2. Kini, kamu punya keluarga baru yang menyayangimu. Inilah waktu yang tepat untuk menikmati kebersamaan itu.

3. Pernikahan menyatukan cinta sepasang kekasih dan membuat hidup jadi lengkap. Kamu tidak akan merasa sendirian dan bisa tertawa bersamanya.

4. Merasakan keintiman saat bercinta. Setelah menikah, kamu dan dia punya banyak waktu untuk melewati momen spesial saat bercinta.

5. Bagi wanita, menikah adalah sebuah kehidupan yang ideal. Apalagi kalau mereka bisa melahirkan keturunan yang baik.

6. Nah, status menjadi hal terpenting dalam pernikahan. Apalagi budaya timur masih sangat menjunjung tinggi status pasangan.

Menikah mungkin bukan hal yang sederhana untuk dijalani. Namun, ada banyak cara untuk menghadapi keraguan tersebut. Jadi, persiapkan pernikahanmu dengan matang dan sepenuh hati.

Kiat Mendidik Anak Mencintai Al Qur’an



Salah satu indikasi orang tua yang mendapat kebahagiaan akhirat adalah ketika anak-anak mereka menjadi anak-anak yang shalih dan shalihah. Mendidik anak menjadi shalih/ah salah satunya dengan menjadikan mereka mencintai Al Qur’an.

1. Kewajiban orang tua membangun keteladanan dalam praktek semua kehidupan, tidak hanya Al Quran. Bahasa praktek lebih fasih daripada bahasa teori. Contohnya saja ketika kita mengajarkan shalat kepada seseorang kalau hanya dengan memberikan buku, dalam waktu seminggu mungkin orang tersebut belum bisa melakukan shalat dengan benar. Jadi perlu diberikan contoh nyata. Sebagian manusia belajar dari praktek. Maka, setiap hari praktekkan Al Quran. Anak-anak itu akan selalu merekam suasana/kebiasaan yang dilakukan oleh orang tuanya.

Rumah yang baik adalah rumah yang berfungsi sebagai masjid dan sekolah, menjadi tempat ibadah dan belajar. Jangan jadikan rumah sebagai rumah pasar, isinya terus-menerus mengurusi uang, kekayaan, untung rugi. Atau bahkan ring tinju atau sarana pertengkaran. Untuk itu yang pertama kali mengkondisikan dan menerapkan konsep ini adalah bapak ibunya.

2. Mengajarkan Al Qur’an.

Apa yang disebut mengajarkan Al Qur’an? Yang dimaksud mengajarkan adalah agar anak bisa melafalkan bunyi Al Quran. Kebanyakan para orang tua mulai membuat anak melek huruf di usia 3.5 tahun. Sebenarnya lebih luas. Mengajarkan Al Qur’an tidak terbatas pada mereka melek huruf, tetapi mulai melatih lisan anak kita membunyikan lafal Al Quran dengan cara mentasmi’/memperdengarkan Al Qur’an dan itu tidak perlu menunggu usia anak mencapai 3.5 tahun. Mulai anak lahir bahkan mulai anak masih di dalam kandungan.

Mengapa tahapan ini penting? Indera yang sangat penting yang dimiliki manusia andalah pendengaran. Indera pertama dan terakhir yang berfungsi pada diri manusia juga pendengaran. Bayi yang baru saja lahir disunnahkan untuk diadzankan karena ia sudah mampu merespon adzan. Ketika manusia mengalami sakaratul maut yang dianjurkan adalah membisikkan Laa illaha illa Allah. karena indera yang berfungsi adalah pendengaran.

Ayat inna sam’a wal bashara (sesungguhnya pendengaran dan penglihatan) dalam Al Qur’an diulang 13x. Mendahulukan pendengaran daripada penglihatan.

Indera pendengaran mempunyai nilai lebih dalam pengajaran. Kalau mati lampu, indera yang bekerja adalah pendengaran. Kalau belajar bahasa, yang utama adalah listening. Kita tinggal di negeri asing walau belum pernah belajar tulisan, kalau sering mendengar percakapan akan lebih mudah. Sering pula kita dapati anak seorang penyanyi kelak menjadi penyanyi karena sering mendengar orang tuanya menyanyi. Surat Yasin hafal padahal tidak pernah menghafal tapi sering mendengar dibacakan dalam majelis.

Oleh karena itu, fungsikan indera pendengaran semaksimal mungkin, bisa orang tua sering membacakan, mendengarkan murottal, dan lain-lain. Dengan demikian, anak akan mudah mengartikulasikan bunyi Al Quran dengan baik.

Jadi kiat yang kedua adalah sering mendengarkan dan sering membacakan. Al Quran diwariskan dari generasi ke generasi juga dengan tasmi’ (metode mendengar). Dengan demikian, walaupun anak belum belajar tajwid, dia akan bisa membaca dengan baik.

3. Orang tua menciptakan lingkungan atau bila tidak memungkinkan, masukkan ke pesantren yang baik

4. Memberikan nasihat terus menerus tentang keutamaan Al Qur’an hingga merasuk ke dalam jiwa anak

5. Membangun kebiasaan.

Kebiasaan dibangun tidak hanya waktu kecil tetapi terus sampai dewasa. Kebiasaan dibuat sampai otomatis anak bisa melakukan walau tanpa ada perintah. Misal kebiasaan bangun sebelum subuh, kebiasaan tilawah setelah subuh dan diantara waktu maghrib dan Isya, dan kebiasaan-kebiasaan Qur’ani lainnya

6. Menghargai prestasi kemajuan walaupun sedikit. Reward diberikan atas prestasi yang diraih. Tentunya reward dalam bentuk yang baik dan bermanfaat, bisa berupa tabungan, rihlah (tamasya), hadiah buku, hadiah umrah bila mencapai hafidz, dan sebagainya.

Namun tentu saja orang tua tetap berusaha memberikan penyadaran, sehingga ketika anak sudah lebih besar mereka paham bahwa apa yang dilakukannya adalah bagian dari ibadah. Jadi tidak terus-menerus memberikan reward berupa hadiah-hadiah semacam di atas.

7. Doa

The last but not the least adalah doa yang tulus dan sungguh-sungguh dari orang tua, memohon bimbingan Allah SWT agar selalu menjaga anak-anak kita dimanapun mereka berada.

Jumat, 07 September 2012

CINTA SUCI ZAHRANA

Mengulas sedikit tentang Novel Cinta Suci Zahrana
Biarkan orang lain menjalani kehidupan yang kecil, tetapi kamu jangan.
Biarkan orang lain memperdebatkan soal-soal kecil, tetapi kamu jangan.
Biarlah orang lain menangisi kepedihan-kepedihan kecil, tetapi kamu jangan.
Biarlah orang lain menyerahkan masa depan mereka kepada orang lain, tetapi kamu jangan.
Kedua mata Zahrana berkaca-kaca membaca pesan itu. Ia teringat saat ia menuliskan kalimat itu di lembar biodata yang akan dijadikan album kenangan.
“Dari mana kau dapat kalimat bagus itu Rana. Kau sendiri yang buat atau kau memetik dari kalimat orang lain?”
“Itu aku petik dari kalimat Jim Rohn.” Lirih Zahrana.
–Petikan cerita dalam novel “Cinta Suci Zahrana”
“Sebut nama-Nya, dekat dengan-Nya, pinta pada-Nya. Segala perkara hidup dan cintamu indah pada waktunya. Takdirkan cinta atas restu-Nya, atas pilihan-Nya. Serahkan seluruh urusan cinta dan hidup hanya pada Allah, Zahrana…”
———–
Download Lagu:
Melly Goeslaw ft. Anto Hoed – Cinta Suci Zahrana (mp3)
———–
Lirik Lagu
Zahrana lukisan cinta suci
Nelangsanya hatimu sepi,
senyummu tetap dalam ikhlas
Biar lama menanti tetap hati berpegang,
cintamu suciZahrana risalah cinta suci
Cintamu hanya karena Allah
walau dingin hati membeku
Menggunungnya hinaan,
sebutan perawan tua,
cintamu tetap suci
Sebut nama-Nya, dekat dengan-Nya, pinta pada-Nya
Segala perkara hidup dan cintamu indah pada waktunya
Takdirkan cinta atas restu-Nya, atas pilihan-Nya
Serahkan seluruh urusan cinta dan hidup hanya pada Allah, zahrana
——-
Thanks to mas Ramdhan atas share link mp3 nya ;)
———–
Tonton video trailer film Cinta Suci Zahrana
———-
Info sekilas terkait lagu dan film ini:
Tahun 2012 ini rumah produksi SinemArt menjagokan CINTA SUCI ZAHRANA. Drama bernafaskan islami ini diadaptasi dari novel best seller buah karya Habiburrahman El Shirazy. Film yang disutradarai Chareul Umam tersebut berkisah tentang sosok Zahrana, wanita pertama di Indonesia yang mendapat penghargaan Internasional dalam bidang arsitek. Masalah datang di usia Rana yang kunjung menua namun dia belum menikah.
Maka tak heran jika Rana mendapat tekanan dari orang tua untuk segera menikah. Perjalanan mencari pasangan inilah yang membuat cerita CINTA SUCI ZAHRANA bergulir.
Sebagai Zahrana dipilih Meyda Sefira. Sedang pendukung lain adalah Miller dan Kholidi Asadil Alam.
CINTA SUCI ZAHRANA akan tayang serentak di bioskop pada 15 Agustus 2012. (sumber: kapanlagi.com)
———————————————————-
Menyambut bulan suci Ramadhan tahun ini, komposer dan penyanyi Melly Goeslaw kembali mengeluarkan single terbaru berjudul ‘Cinta Suci Zahrana’.
Single yang aransemen musiknya dibuat oleh Anto Hoed ini, merupakan lagu tema (theme song) dari film layar lebar berjudul sama yaitu ‘Cinta Suci Zahrana’. Film ‘Cinta Suci Zahrana’ yang diproduksi oleh SinemArt ini akan tayang di bioskop sebelum hari Raya Lebaran (Idul Fitri).
Kemampuan Melly dalam meng-komposisi lagu dan juga menyanyikan lagu ini, memang tidak perlu diragukan lagi. Lagu ini mempunyai lirik yang mendalam, yang mengkisahkan pengorbanan cinta seorang wanita bernama Zahrana kepada pria yang disukai-nya.
Semoga single ‘Cinta Suci Zahrana’ ini, dapat menjadi referensi dan tambahan koleksi lagu-lagu bertemakan Cinta dengan nafas Religius.

Zahrana, Dilema Cinta Gadis Terpelajar


Salah satu kesan saya usai membaca novel “Cinta Suci Zahrana” karya Habiburrhman El-Shirazi (Kang Abik), betapa dilemanya seorang gadis berprestasi saat dihadapkan pada pilihan mengejar cita-cita, karir atau berumah tangga. Diakui, lingkungan sosiologis kita masih berpandangan, bahwa priosritas seorang perempuan menjadi ibu dari anak-anak di samping isteri dari seorang suami. Setinggi apapun prestasi yang diraih, rasanya belum afdol bila kehidupan pribadi termasuk cintanya tidak sukses. Kang Abik menampilkan tokoh Siti Zahrana sebagai sosok gadis ambisius dan memiliki talenta luar biasa dalam bidang akademik. Ia terlahir dari keluarga biasa-biasa, ayah seorang PNS golongan rendah di kelurahan. Zahrana berhasil menyelesaikan S1 di Fakultas Teknik UGM Jogjakarta dan S2 di ITB. Nama Zahrana mendunia karena karya tulisnya dimuat di jurnal ilmiah RMIT Melbourne. Dari karya tulis itu, Zahrana meraih penghargaan dari Thinghua University, sebuah universitas ternama di China. Ia pun terbang ke negeri Tirai Bambu untuk menyampaikan orasi ilmiah. Di hadapan puluhan profesor arsitek kelas dunia, ia memaparkan arsitektur bertema budaya. Yang ia tawarkan arsitektur model kerajaan Jawa-Islam dahulu kala. Dari Thinghua University, Zahrana mendapat tawaran beasiswa untuk studi S3 di samping mendapat tawaran pengerjaan sebuah proyek besar. Namun Zahrana tidak hidup sendiri. Di tengah kesuksesan prestasi akademiknya, ia malah menjadi bahan kecemasan kedua orang tuanya. Kecemasan itu lantaran Zahrana belum juga menikah di usianya yang memasuki kepala tiga. Sudah banyak laki-laki yang meminangnya, namun Zahrana menolaknya dengan halus. Di sinilah konflik batin Zahrana mulai timbul, antara menuruti keinginan orang tua atau mengejar cita-cita. Sebenarnya Zahrana sudah mengalah. Ia tak menerima tawaran jadi dosen di UGM. Alasannya karena orang tuanya yang tinggal di Semarang tidak mau jauh. Zahranapun memilih mengajar di sebuah universitas di Semarang. Ia tetap bisa tinggal bersama orang tuanya. Zahrana juga mengalah pada orang tuanya hingga ia tidak mengambil tawaran beasiswa S3 di negeri China. Meski tak otoriter, kedua orang tua Zahrana berharap anak satu-satunya itu segera menikah dan memiliki keturunan. Sebagai orang tua yang sudah renta, khawatir semasa hidupnya tidak sempat menyaksikan Zahrana bersuami dan menimbang cucu. Apalagi bila melihat anak-anak tetangga seusia Zahrana, mereka sudah memiliki anak dua bahkan tiga. Sebenarnya dalam jiwa perempuan Zahrana, bukan tidak menghiraukan keinginan berumah tangga. Tetapi logika analitisnya selalu berargumen, menikah hanya menunda-nunda sukses bahkan bisa menghalanginya. Puncak konflik batin Zahrana ketika dilamar oleh seorang duda yang notabene atasannya sendiri. Ia dilamar dekannya, begitu kembali dari Thinghua University sehabis menerima penghargaan. Dengan tegas, Zahrana tidak menerima lamaran atasannya itu meski orang tuanya kecewa. Alasan Zahrana semata-mata persoalan moral atasannya yang terkenal suka meminta setoran kepada mahasiswa bila ingin nilai bagus bahkan suka bermain cinta dengan mahasiswanya sendiri. Di samping alasan moral, Zahrana tak mungkin menerima lamaran atasanya yang berusia kepala lima. Akibat menolak lamaran itu, Zahrana akan dipecat secara tidak hormat. Tetapi Zahrana mendahuli mengajukan pengunduran diri. Ia benar-benar hengkang dari kampus itu dan memilih mengajar di sebuah sekolah kejuruan teknik. Pasca lamaran, Zahrana sadar, ia harus cepat-cepat bersuami. Hati Zahrana berargumen lain, bisa saja dirinya melanjutkan cita-cita di dunia kademik meski sudah bersuami. Ia pun minta saran kepada pimpinan pondok pesantren yang masih saudara jauh teman akrabnya. Oleh pimpinan pondok pesantren Zahrana dipertemukan seorang pemuda yang dari sisi pekerjaan kurang prestisius. Pemuda itu pedagang kerupuk keliling dan Zahrana merasa cocok. Ia bertekad mengabdikan hidupnya kepada Allah melalui ibadah dalam rumah tangga. Kedua belah kelurga menyiapkan pesta pernikahan sederhana. Zahrana menyiapkan gaun pengantin. Bahagia sekali hati Zahrana. Ia meyakinkan diri tak lama lagi akan bersuami yang salih. Ia membayangkan esok hari, kisah penantian ini akan segera berganti. Namun bayangan itu sirna seketika saat menerima kabar calon suaminya meninggal, tertabrak Kereta Api yang tak jauh dari perkampungan. Saat itu pula Zahrana merasa sudah mati. Bayangan indah kini berganti dengan kabut tebal yang dipenuhi hantu kematian yang siap mencabik-cabik dirinya. Bunga-bunga cinta di hatinya, kini berganti dengan bunga kematian. Langitpun runtuh dan serasa menindihnya. Zahrana pingsan beberap kali hingga dilarikan ke rumah sakit. Beruntung Zahrana masih kuat melanjutkan hidup. Beberapa hari pascatragedi, ia hanya di rumah sambil menekuri diri. Sahabat-sahabat dan kerabatnya banyak yang berdatangan untuk sekedar mengucapkan duka cita termasuk teman-teman dan atasanya di kampus dulu mengajar. Salah seorang penjenguk, dokter perempuan yang sempat mengobatinya di rumah sakit. Perempuan itu ternyata ibunya mahasiswa bernama Hasan yang sekripsinya sempat dia bimbiang. Rupanya kedatangan ibu dokter ini sekaligus mengobati luka cinta Zahrana. Ibu dokter ternyata mengabarkan, anaknya, Hasan, berniat menikahinya. Betapa kaget dan bahagianya Zahrana. Seolah tak peracaya dengan nasibnya yang begitu bergelombang. Meski ragu menerima lamaran itu, Zahrana menyampaikan satu syarat. Bila anak ibu dokter benar meminangnya, ia minta agar pernikahannya nanti malam setelah shalat tarawih. Ia sangat trauma dengan tragedi yang menimpa satu malam menjelang pernikahannya dulu. Setelah dialog cukup panjang, tawaran itu diterima ibu dokter. Tepat jam tujuh malam, mereka melangsungkan pernikahan suci di masjid yang disaksikan para jamaah shalat tarawih. Malam pertama bulan Ramadhan yang indah menandakan berakhirnya penderitaan Zahrana. Ia menyempurnakan hidupnya dengan mencurahkan cinta sucinya. Kisah Cinta Zahrana, nampaknya penyempurnaan dari novel Habiburrhman sebelumnya. Kisah yang sama pernah dimuat dalam kumpulan novel ”Dalam Mihrab Cinta”. Tetapi dalam novel Cinta Suci Zahrana yang bukunya diterbitkan Ihwah Publishing House setebal 248 halaman ini, kisahnya lebih panjang lebar. Sementara bila dilihat dari analisis gender, kisah ini masih memposisikan perempuan dalam kondisi sangat dilematis. Meski perempuan berprestasi cemerlang, ia masih dituntut oleh lingkungan sosial untuk patuh pada tradisi yang telah mengakar kuat. Hingga terkesan –para perempuan yang diingkarnasikan pada sosok Zahrana– masih cacat hidupnya bila urusan privasi –salah satunya berkeluarga– belum tercapai. Namun nampaknya Habiburrhman sangat mafhum dengan kondisi masyarakat kita. Pada akhir novel ini terjadi kisah yang sangat akomodatif. Setelah menikah, Siti Zahrana masih akan melanjutkan studi S3 di perguruan tinggi ternama di China, sementara suaminya meneruskan studi S2 di Malaysia. Sepertinya Habiburrhman ingin menyampakan pesan, bila perencanaan hidup ini matang, semestinya tidak ada halangan bagi seorang perempuan sekalipun untuk mengejar prestasi setinggi-tingginya, tanpa mengenyampingkan asfek privasi.

Masuk Islam Kerana Seorang Budak Kecil

ada setiap Jumaat, selepas selesai menunaikan solat Jumaat, seorang Imam dan anaknya yang berumur 7 tahun akan berjalan menyusuri jalan di kota itu dan menyebarkan risalah bertajuk “Jalan-jalan Syurga” dan beberapa karya Islamik yang lain.
Pada satu Jumaat yang indah, pada ketika Imam dan anaknya itu hendak keluar seperti biasa meghulurkan risalah-risalah Islam itu, hari itu menjadi amat dingin dan hujan mulai turun. Anak kecil itu mula membetulkan jubahnya yang masih kering dan panas dan seraya berkata “Ayah! Saya dah bersedia”
Ayahnya terkejut dan berkata “Bersedia untuk apa?”
“Ayah bukankah ini masanya kita akan keluar menyampaikan risalah Allah.”
“Anakku! Bukankah sejuk keadaan di luar tu dan hujan juga agak lebat”
“Ayah bukankah masih ada manusia yang akan masuk neraka walaupun ketika hujan turun”
Ayahnya menambah “Ayah tidak bersedia hendak keluar dalam keadaan cuaca sebegini”
Dengan merintih anaknya merayu “Benarkan saya pergi ayah?”
Ayahnya berasa agak ragu-ragu namun menyerahkan risalah-risalah itu kepada anaknya “Pergilah nak dan berhati-hatilah. Allah bersama-sama kamu!”
“Terima kasih Ayah” Dengan wajah bersinar-sinar anaknya itu pergi meredah hujan dan susuk tubuh kecil itu hilang dalam kelebatan hujan itu.
Anak kecil itu pun menyerahkan risalah-risalah tersebut kepada sesiapa pun yang dijumpainya. Begitu juga dia akan mengetuk setiap rumah dan memberikan risalah itu kepada penghuninya. Setelah dua jam, hanya tinggal satu saja risalah “Jalan-jalan Syurga” ada pada tangannya. DIa berasakan tanggungjawabnya tidak akan selesai jika masih ada risalah di tangannya. Dia berpusing-pusing ke sana dan ke mari mencari
siapa yang akan diserahkan risalah terakhirnya itu namun gagal.
Akhirnya dia ternampak satu rumah yang agak terperosok di jalan itu dan mula mengatur langkah menghampiri rumah itu. Apabila sampai sahaja anak itu di rumah itu, lantas ditekannya loceng rumah itu sekali. Ditunggunya sebentar dan ditekan sekali lagi namun tiada jawapan.
Diketuk pula pintu itu namun sekali lagi tiada jawapan. Ada sesuatu yang memegangnya daripada pergi, mungkin rumah inilah harapannya agar risalah ini diserahkan. Dia mengambil keputusan menekan loceng sekali lagi. Akhirnya pintu rumah itu dibuka.
Berdiri di depan pintu adalah seorang perempuan dalam lingkungan 50an. Mukanya suram dan sedih. “Nak, apa yang makcik boleh bantu?” Wajahnya bersinar-sinar seolah-olah malaikat yang turun dari langit.
“Makcik, maaf saya mengganggu, saya hanya ingin menyatakan yang ALLAH amat sayangkan makcik dan sentiasa memelihara makcik. Saya datang ini hanya hendak menyerahkan risalah akhir ini dan makcik adalah orang yang paling bertuah”. Dia senyum dan tunduk hormat sebelum melangkah pergi.
“Terima kasih nak dan Tuhan akan melindungi kamu” dalam nada yang lembut
Minggu berikutnya sebelum waktu solat Jumaat bermula, seperti biasa Imam memberikan ceramahnya. Sebelum selesai dia bertanya ” Ada sesiapa nak menyatakan sesuatu”
Tiba-tiba sekujur tubuh bangun dengan perlahan dan berdiri. Dia adalah perempuan separuh umur itu. “Saya rasa tiada sesiapa dalam perhimpunan ini yang kenal saya. Saya tak pernah hadir ke majlis ini walaupun sekali. Untuk pengetahuan anda, sebelum Jumaat minggu lepas saya bukan seorang Muslim.
Suami saya meninggal beberapa tahun lepas dan meninggalkan saya keseorangan dalam dunia ini” Air mata mulai bergenang di kelopak matanya.
“Pada Jumaat minggu lepas saya mengambil keputusan untuk membunuh diri. Jadi saya ambil kerusi dan tali. Saya letakkan kerusi di atas tangga menghadap anak tangga menuruni. Saya ikat hujung tali di galang atas dan hujung satu lagi diketatkan di leher.
Apabila tiba saat saya untuk terjun, tiba-tiba loceng rumah saya berbunyi. Saya tunggu sebentar, pada anggapan saya, siapa pun yang menekan itu akan pergi jika tidak dijawab. Kemudian ia berbunyi lagi. Kemudian saya mendengar ketukan dan loceng ditekan sekali lagi”.
“Saya bertanya sekali lagi. Belum pernah pun ada orang yang tekan loceng ini setelah sekian lama. Lantas saya melonggarkan tali di leher dan terus pergi ke pintu”
“Seumur hidup saya belum pernah saya melihat anak yang comel itu. Senyumannya benar-benar ikhlas dan suaranya seperti malaikat”. “Makcik, maaf saya mengganggu, saya hanya ingin menyatakan yang ALLAH amat sayangkan makcik dan sentiasa memelihara makcik” itulah kata-kata yang paling indah yang saya dengar”.
“Saya melihatnya pergi kembali menyusuri hujan. Saya kemudian menutup pintu dan terus baca risalah itu setiap muka surat Akhirnya kerusi dan tali yang hampir-hampir menyentap nyawa saya diletakkan semula ditempat asal mereka. Aku tak perlukan itu lagi”.
“Lihatlah, sekarang saya sudah menjadi seorang yang bahagia, yang menjadi hamba kepada Tuhan yang satu ALLAH. Di belakang risalah terdapat alamat ini dan itulah sebabnya saya di sini hari ini. Jika tidak disebabkan malaikat kecil yang datang pada hari itu tentunya roh saya ini akan berada selama-lamanya di dalam neraka”
Tiada satu pun anak mata di masjid itu yang masih kering. Ramai pula yang berteriak dan bertakbir ALLAHUAKBAR!
Imam lantas turun dengan pantas dari mimbar lantas terus memeluk anaknya yang berada di kaki mimbar dan menangis sesungguh-sungguh hatinya. Jumaat ini dikira Jumaat yang paling indah dalam hidupnya. Tiada anugerah yang amat besar dari apa yang dia ada pada hari ini. Iaitu anugerah yang sekarang berada di dalam pelukannya. Seorang anak yang seumpama malaikat.
Sumber : MuslimNetwork.com

SUAMIKU POLIGAMI

…. SUAMIKU POLIGAMI ….
Bismillahir-Rahmaanir-Rahim … Poligami .. ooh .. poligami, kata itu terdengar tidak asing lagi. Namun, bagi yang belum siap di poligami jadi membuat merah telinganya. Mengapa demikian?
Karena kebanyakan para suami yang sudah kebelet ingin poligami, tidak memperhatikan rambu-rambu yang baik dalam rumah tangga. Kadang sering berperilaku aneh, dan curang, bahkan berani berbohong.
Hari itu ada cerita yang membuat sedih hatiku, setelah usai sholat shubuh.. kedua kaki pun melangkahkan kembali ke asrama. iyah seperti biasanya sehabis balik sholat shubuh dari mesjid universiti,,mulai mengambil secarbik kertas,pena dan segera ku ambil kitab kesayanganku. 3 menit kemudian fon berdering..,” kawan lama nan jauh di aceh ada call.” segera aku jawab…
salam sayang rindu pun terdengar jauh tapi terasa dekat…
akan tetapi perasaan ini seperti berganti buruk mulai miris mendengarnya,… malah kadang seperti mimpi di siang bolong. yah… Teman saya yang sudah lama menikah dan punya anak yang sudah besar, hendak menuntut cerei suaminya, karena dia merasa tidak di hargai keberadaannya, ketika dia mengetahui suaminya sudah menikah lagi, bahkan kebohongan suaminya itu sudah satu tahun lamanya.
kenapa suamimu harus berbohong padamu ukhtiku sayang…
Apa yang mebuatnya berbuat demikian ukhtiku sayang…
Apa kau sudah tiada cantik di matanya…
segala pertanyaan aku berikan pada kawanku itu..
sesak dada menahan kesedihan ini mendengar kisahnya.. tapi segera ku alihakan perhatiannya dengan bertanya kabar tentang bidadari-bedadari kecilnya.. hanya kerana aku tak ingin ia mendengar isak tangisku yang telah berlinangan air mata mendengar kabar sebegini darinya… iyah yang dimana aku ada harus memberi semangat padanya.. tapi aku malah juga larut dalam kesedihanya.
Apa gerangan yang terjadi dengan poligami? Mengapa orang-orang sholeh yang menjadi panutan, justru malah mencoreng dirinya dengan perbuatan yang kurang ahsan (baik)? Mereka mengorbankan rumah tangga mereka demi mengejar ambisi yang belum tentu sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW. Poligami itu sunnah-kan bukan wajib?
Wajib mana antara poligami dengan menjaga ketentraman rumah tangga?
Bila poligami dikerjakan, rumah tangga yang dibina belasan tahun bahkan puluhan tahun, jadi hancur berantakan.
Namun bila tidak berpoligami alias menahan nafsu dari keinginan itu, rumah tangga di jaga dengan baik, dakwah lancar dan pikiran tenang.
Sudah banyak contohnya, apa lagi yang belum lama terjadi, da´i kondang yang menjadi panutan masyarakat, dengan keluarganya yang sakinah, karena terbawa ambisi dengan poligami. Namun beliau ‘belum mampu’ untuk melaksanakannya dengan baik, maka rumah tangganya jadi ‘berantakan’, dan beliau harus berpisah dengan istri pertamanya.
Sekarang mana yang lebih baik. Poligami atau menjaga keutuhan rumah tangga?
Jangan salahkan poligami-nya, tapi salahkan pelakunya yang belum siap, tapi memaksakan diri.
Saya rasa bukan begini yang diinginkan oleh Rasulullah SAW, beliau SAW pun akan sedih bila mengetahui hal ini, gara-gara ingin mengikuti sunnah, hancur semua yang sudah dibina belasan tahun, hancur sudah sang penerus dakwah ini, dan perceraian yang dibenci oleh Allah SWT, menjadi halal, walaupun dalam hadist Rasulullah SAW bersabda :
Dari Umar, ia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sesuatu yang halal tapi dibenci Allah adalah perceraian.” (HR. Abu Daud dan Hakim)
Halal bukan berarti dibolehkan begitu saja dikerjakan, halal dengan kata lain, bila rumah tangga yang dibina selalu dalam pertengkaran dan sudah banyak mudhorot-nya, maka jalan cerai itu menjadi halal dan dibenarkan. Allah pun tidak suka melihat seorang hamba-Nya teraniaya.
Misalkan teraniaya hatinya, sedih yang berkepanjangan, stres dan bahkan sampai sakit yang berlebihan menimpa si istri yang memang belum siap di-poligami, maka hal itu di bolehkan, untuk menyelamatkan seorang ibu, yang harus terus mendidik anak-anaknya.
Mungkin dengan bercerei maka si istri bisa berkonsentrasi dengan satu hal saja, yaitu mendidik anak-anak lebih baik lagi, sebagai penerus dakwah, dan tidak lagi memikirkan sakit hatinya yang telah diduakan dan ‘merasa tidak dihargai’ oleh suaminya.
Mengapa kini poligami menjadi terdengar mengerikan, bahkan para ibu rumah tangga sekarang banyak yang menjadi ‘parno’ alias ‘para noit’, atau jadi takut mendengar kata poligami, jangan disamakan para ummahat sekarang dengan ummahatul mu´minin. Jangan!!!
Kenapa? Zaman sudah berbeda kawan. Apakah para suami juga mau disamakan seperti Nabi Shallahu alaihi wa sallam? Beliau Shallahu alaihi wa sallam ber-poligami, tapi kelakuannya baik sekali. Tidak mengecewakan dan sangat menghargai istri-istrinya.
Wahai para suami yang sholeh kenalilah istri-istrimu dengan baik, pahami dan cintai dengan sepenuh jiwa, jangan disakiti, jangan dihinakan, jangan dikhianati cintanya dan jangan dibiarkan sampai keluar jalur.
Wahai para suami yang sholeh, bimbinglah istri-istrimu dengan cara yang ahsan, agar kau dapat menjalani keinginanmu dengan cara baik dan bijak, ingat poligami bukan sekedar penyaluran syahwat, yang berlebih.
Karena kebanyakkan para lelaki mengibaratkan, bahwa lelaki itu memiliki nafsu yang berlebih, jadi perlu penyaluran tempat yang banyak atau lebih dari satu, naudzubillahi minzalik.
Saya membaca dalam al-Qur´anul karim, tidak ada Allah menuliskan hal itu. Karena kewajiban poligami itu dikatakan bagi yang mampu dan dapat berbuat adil. Syaratnya pun tidak sembarang saja, siapa saja yang baik dinikahi, tidak seenaknya saja, misalkan memilih yang lebih cantik dan lebih seksi dari istri pertama, atau kembali ke mantan pacar.
Wah, kalau begitu tujuan utamanya saja sudah salah, bagaimana mendapat ridho Allah, istri pun pasti merasa dilecehkan, waktu susah sama-sama, istri masih muda disanjung-sanjung, tapi sudah senang cari yang baru, istri makin tua, dilupakan.
Apakah anda senang wahai para suami, melihat orang yang selama ini bersama anda, menolong kesuksesana anda, menjaga aib anda, dan bahkan makan-tidur anda selama bertahun-tahun lamanya, sejak awal susah hingga anda sukses dan melahirkan anak-anak anda, dengan ikhlas bangun malam menjaga amanah dari Allah SWT, kini orang dekat anda itu menangis.
Memohon agar anda tidak dulu menduakannya, karena dia belum siap. Namun anda tidak memperdulikannya, apakah tidak sebaiknya anda menunda dahulu agar sang istri siap dunia akhirat untuk di poligami, yang dengan tujuan karena Allah SWT, apakah anda tidak sebaiknya membimbingnya dulu agar istri anda dapat menjadi panutan para ummahat yang lain?
Apakah anda tidak sadar, bila anda berani menyakiti istri anda, berarti anda juga sudah menyakiti orang tuanya yang sudah melahirkannya, saudara-saudaranya, bahkan Allah SWT yang menciptakannya.
Melihat situasi seperti ini, mengapa poligami harus dipaksakan, poligami toh, bukan karena nafsu kan, tujuannya karena hendak menolong kan, lantas apakah anda lebih mendahulukan menolong orang lain, dari pada menolong istri anda yang saat anda utarakan niat anda tiba-tiba istri anda menjadi ling-lung dan stres dikarenakan ketidaksiapannya, mengapa anda tidak menolong rumah tangga anda dulu saja, yang sudah anda bina belasan tahun.
Poligami itu-kan menyatukan dua wanita atau lebih, menjadi saudara, dan saling membimbing serta menasehati, hidup rukun dan tidak ada percekcokan, bukankah begitu yang diajarkan Baginda Rosullullah saw, tapi mengapa ketika poligami terjadi, istri pertama dilepas atau malah istri pertama menggugat cerai, apakah ini yang dinamakan poligami, kalau kayak begini namanya bukan poligami dong, melainkan menukar istri yang lama dengan yang baru, kayak beli sepatu saja ya.
Rasulullah SAW amat sangat menghargai istri-istrinya, bahkan Siti Khadijah yang sudah wafat pun amat sangat Beliau SAW hargai dan sayangi, sampai-sampai beliau berkata pada Aisyah yang cemburu ketika Rasullullah SAW sering menyebutkan nama Khodijah, bahwa Khadijah adalah istri yang sangat beliau sayangi dan tidak tergantikan, seperti dalam hadist yang berbunyi:
Dari Aisyah radhiyallahu anha pernah berkata,
“Aku tidak pernah cemburu terhadap wanita seperti kecemburuanku terhadap Khadijah, karena Nabi Shalallahu alaihi wassalam seringkali menyebut namanya. Suatu hari beliau juga menyebut namanya, lalu aku berkata, ‘Apa yang engkau lakukan terhadap wanita tua yang merah kedua sudut mulutnya? Padahal Allah telah memberikan ganti yang lebih baik darinya kepadamu’. Beliau bersabda, ‘Demi Allah, Allah tidak memberikan ganti yang lebih baik darinya kepadaku’.” (HR. Bukhari)
Betapa amat sangat menghargai dan cintanya Rasulullah SAW pada Siti khadijah, karena beliau sadar, tanpa peran dan pengorbanan yang diberikah oleh Khadijah selama dalam dakwahnya itu, maka dakwah yang pertama kali beliau lancarkan tidak akan sempurna, dan Siti Khodijahlah yang pertama kali beriman kepada Rasulullah SAW, serta menjaga Rosulullah di setiap saat, dari Khodjah pulalah Rosulullah mendapatkan keturunan.
Nah, bagaimanakah dengan anda wahai para suami yang budiman, adakah anda sadar apa yang telah anda lakukan selama ini, sudahkah anda membimbing istri anda dengan baik, jangan ada kebohongan dalam melaksanakan yang hak, karena kebohongan akan membawa trauma dan mempersulit keadaan.
Kebanyakan para suami terlupa akan tugas utamanya dalam rumah tangga, bila sudah tak tahan ingin melakukan poligami. Apapun akan dia lakukan, agar misinya berhasil, nikah diam-diam itu senjata utama, dan untuk berbagi waktu maka di gunakan alasan tugas kantor, atau si wanita yang berpura-pura tidak tahulah bahwa calon suaminya itu sudah berumah tangga, maka dia terima lamarannya, dan menikah.
Satu alasan yang tidak masuk akal, memang poligami bagi para suami dibolehkan, dan tidak diwajibkan untuk izin pada istri, namun secara ahsan dan akhlaq yang baik, apakah tidak diutamakan kejujuran dan mendiskusikan, apakah selama ini istrinya yang senantiasa setia disampingnya hanya jadi seonggok daging tak bernyawa, ketika sang suami ada keinginan untuk menikah lagi.
Cobalah pikirkan dengan kepala dingin dan mata terbuka lebar, wahai suami yang sholeh. Jangan sampai anda yang tadinya jadi panutan, gara-gara poligami jadi runutan dan cemoohan, anda yang dulunya mengutamakan kejujuran, gara-gara poligami jadi menghalalkan kebohongan, anda yang sangat menjaga kata-kata dengan baik, gara-gara hendak berpoligami kata-kata anda jadi kasar dan menyakitkan.
Pikirkan dulu dengan matang jangan sampai menyesal di kemudian hari, anda-kan tidak mungkin menukar keluarga anda dengan keluarga yang baru, sayangkan keluarga yang telah anda bina puluhan tahun, dengan anak-anak yang jadi penerus dakwah anda, kini putus di tengah jalan, hanya karena nafsu dan kesombongan anda yang tidak terkendali.
Syurga yang anda cari justru neraka yang anda dapat, di dunia saja anda sudah sensara karena perbuatan anda sendiri, apalagi di akhirat nanti, mau kemana anda berlari, bila yang hak saja sudah anda langgar, karena menyakiti istri, membuat hidup tak tenang, poligami pun tak bermanfaat, dakwah anda jadi terbengkalai, anak-anak anda pun menjadi pemurung dan menjauh dari keramaian.
…. Semoga bisa menjadi hikmah dan pelajaran yang baik buat para suami yang hendak berpoligami ….
Teruntuk sahabatku nan jauh di sana,
Allah mengetuk hatimu…
Allah sedang berbicara padamu
semoga bertambah sabar .. Allah mencintaimu… ukhtiku sayang… ( Siti Aminah khairuddin) – Ummu Mufais
…. Segala puji bagi Allah, yang dengan nikmat-Nya sempurnalah semua kebaikan ….
BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI
…. Subhanallah wabihamdihi Subhanakallahumma Wabihamdika Asyhadu Allailaaha Illa Anta Astaghfiruka Wa’atuubu Ilaik …..

Mahasiswa dan Kebebasannya

Mengenai kebebasan, kebebasan dimana mereka berhak mengatakan apapun yang mereka suka, mereka rasa, mereka pikir, dan mereka anggap sebagai bentuk aspirasi murni mereka, Mahasiswa!!
Mahasiswa telah mendapat kebebasan tanpa kekangan. Mempunyai hak mengutarakan pikiran-pendapat-perasaan, berekspresi dan berkumpul secara damai. Mahasiswa mampu menantang ide-ide penguasa dengan bukti, bukti bahwa apa yang telah mereka katakan itu benar, dengan menelusuri permasalahan sampai ke akar-akarnya. Dengan sifat intelektualitas dalam berpikir, merdeka, serta berani menyatakan kebenaran apa adanya, dengan cara mereka sendiri. Namun sikap kritis mahasiswa ini sering kali membuat para pemimpin yang tidak berkompeten itu menjadi gerah dan cemas. Para penguasa beserta kolega-koleganya yang hanya mendahulukan kepentingan besar ketimbang kepentingan rakyatnya, jauh dari peduli terhadap realitas kesulitan dan problematika rakyat. Dan permasalahan ini tidak terlepas dari tanggung jawab saya, anda, kita dan mereka, Mahasiswa!!
Para mahasiswa merupakan komunitas elite yang patut diperhitungkan. Tidak hanya faham teknologi atau ilmu-ilmu social lainnya, namun disini mahasiswa sebagai orang yang memiliki kemampuan logis dalam berfikir, membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Mahasiswa masih belum terkotori oleh kepentingan pribadi dan beban posisi. Mahasiswa masih bebas menempatkan diri pada tempat yang mereka anggap terbaik, dengan kenetralan, idealisme dan independennya yang hanya memihak kepada kebenaran.
Mahasiswa sebagai tonggak perubahan bangsa, sebagai seorang pembelajar, bagian masyarakat dan panutan yang berlandaskan dengan pengetahuannya, dengan tingkat pendidikannya, dan pola berfikirnya, sehingga mahasiswa memiliki peran yang komleks dan menyeluruh. Bahu-membahu menghadapi permasalahan globalisasii. Ide dan pemikiran cerdas mereka yang dapat merubah paradigma yang berkembang dalam suatu kelompok dan menjadikannya terarah sesuai kepentingan bersama.
Terlepas dari hak kebebasannya, ternyata masih banyak mahasiswa yang tidak dapat bersikap seperti apa yang menjadi harapan masyarakat selama ini. mereka kurang mengontrol diri sendiri, dengan mengartikan kebebasan secara menyimpang. Termasuk sikap hedonis dan materialis, perilaku yang tidak lagi mencerminkan sosok pelajar yang maha, seperti; hura-hura, narkoba, dan freesex yang merajarela. Selain itu ada lagi demo mahasiswa yang dilakukan dengan cara hewani sekali, mereka yang lebih menggunakan otot ketimbang otak. Sifat kritis, demokratis berubah menjadi sadis. Ini cendrung karena emosi dan pembahasan konsep yang tidak matang, sehingga memandulkan pemikiran mereka yang wajar. Sangat berbeda dengan kedudukan mahasiswa sebagai orang yang terpelajar dan intelektual terdidik. Mahasiswa seharusnya menyadari posisi strategisnya, berupaya untuk mewujudkan hal tersebut ke dalam sebuah tindakan-tindakan yang rasional dan dewasa. Tapi untungnya tidak semua mahasiswa berperilaku seperti itu. Saya, anda, kita, kalian tidak seperti itu, bukan!!


Selama ini mahasiswa melakukan aksi-aksi turun ke jalan dalam mengkritisi dan teriakan-teriakan penuh propaganda idealisme dan revolusi. Sifat mereka yang kritis, vokal dan pintar. Namun, persoalan tidak terpecahkan sampai disitu saja. Mahasiswa dan kebebasannya, tidak hanya disini saja, melelahkan!! Masih ada alat yang mampu menuangkan kebebasan mahasiswa, tanpa lelah, tanpa berteriak. Media, dimana media sebagai Aparatus Negara yang mampu menjalankan fungsinya secara halus, dengan menanamkan ideology-ideologi dalam kehidupan masyarakat kedalamnya, seperti pendidikan, keluarga, hukum, politik, komunikasi, bahkan kebudayaan. Hal ini akan lebih mudah untuk diterima oleh masyarakat dan ini waktunya mahasiswa berperan dalam kebebasannya beropini. Mahasiswa mempunyai peluang besar dalam menanamkan ideologi-ideologi baru mereka kepada media, melihat syarat pelaku penyebaran opini perlu memiliki kredibilitas moral dan kredibilitas intelektual, bukannya ini sudah dimiliki semua oleh mahasiswa? Jadi apa susahnya!!
Mahasiswa sebagai calon pemimpin, orang tua dan masa depan bangsa, tidak terlepas dengan pemikirannya bahwa Pentingnya menghormati hak-hak orang lain untuk berbicara dan memiliki pendapat yang berbeda. Dan disini mahasiswa bukan sebagai pengamat, melainkan sebagai pengubah bangsa, penghapus semua ketidakadilan, pembodohan besar-besaran, penindasan terhadap hak-hak rakyat dan korupsi yang kian menjadi profesi. Dimana rakyat yang tolol semakin tolol, yang miskin semakin miskin, yang ini semua tidak jauh-jauh dari Kegenitan Penguasa. Semoga mahasiswa mampu berperan sebagai koreksi kontrol perbaikan kualitas hidup bangsa, menuju rakyat yang adil, makmur, dan sejahtera. Mulailah dari hal kecil yang berdampak besar. Dan bersiaplah untuk menantang diri sendiri, Mahasiswa!!

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More