…. SUAMIKU POLIGAMI ….
Bismillahir-Rahmaanir-Rahim … Poligami .. ooh .. poligami, kata itu
terdengar tidak asing lagi. Namun, bagi yang belum siap di poligami
jadi membuat merah telinganya. Mengapa demikian?
Karena kebanyakan para suami yang sudah kebelet ingin poligami,
tidak memperhatikan rambu-rambu yang baik dalam rumah tangga. Kadang
sering berperilaku aneh, dan curang, bahkan berani berbohong.
Hari itu ada cerita yang membuat sedih hatiku, setelah usai sholat
shubuh.. kedua kaki pun melangkahkan kembali ke asrama. iyah seperti
biasanya sehabis balik sholat shubuh dari mesjid universiti,,mulai
mengambil secarbik kertas,pena dan segera ku ambil kitab kesayanganku.
3 menit kemudian fon berdering..,” kawan lama nan jauh di aceh ada
call.” segera aku jawab…
salam sayang rindu pun terdengar jauh tapi terasa dekat…
akan tetapi perasaan ini seperti berganti buruk mulai miris
mendengarnya,… malah kadang seperti mimpi di siang bolong. yah… Teman
saya yang sudah lama menikah dan punya anak yang sudah besar, hendak
menuntut cerei suaminya, karena dia merasa tidak di hargai
keberadaannya, ketika dia mengetahui suaminya sudah menikah lagi,
bahkan kebohongan suaminya itu sudah satu tahun lamanya.
kenapa suamimu harus berbohong padamu ukhtiku sayang…
Apa yang mebuatnya berbuat demikian ukhtiku sayang…
Apa kau sudah tiada cantik di matanya…
segala pertanyaan aku berikan pada kawanku itu..
sesak dada menahan kesedihan ini mendengar kisahnya.. tapi segera ku
alihakan perhatiannya dengan bertanya kabar tentang bidadari-bedadari
kecilnya.. hanya kerana aku tak ingin ia mendengar isak tangisku yang
telah berlinangan air mata mendengar kabar sebegini darinya… iyah yang
dimana aku ada harus memberi semangat padanya.. tapi aku malah juga
larut dalam kesedihanya.
Apa gerangan yang terjadi dengan poligami? Mengapa orang-orang
sholeh yang menjadi panutan, justru malah mencoreng dirinya dengan
perbuatan yang kurang ahsan (baik)? Mereka mengorbankan rumah tangga
mereka demi mengejar ambisi yang belum tentu sesuai dengan sunnah
Rasulullah SAW. Poligami itu sunnah-kan bukan wajib?
Wajib mana antara poligami dengan menjaga ketentraman rumah tangga?
Bila poligami dikerjakan, rumah tangga yang dibina belasan tahun bahkan puluhan tahun, jadi hancur berantakan.
Namun bila tidak berpoligami alias menahan nafsu dari keinginan itu,
rumah tangga di jaga dengan baik, dakwah lancar dan pikiran tenang.
Sudah banyak contohnya, apa lagi yang belum lama terjadi, da´i
kondang yang menjadi panutan masyarakat, dengan keluarganya yang
sakinah, karena terbawa ambisi dengan poligami. Namun beliau ‘belum
mampu’ untuk melaksanakannya dengan baik, maka rumah tangganya jadi
‘berantakan’, dan beliau harus berpisah dengan istri pertamanya.
Sekarang mana yang lebih baik. Poligami atau menjaga keutuhan rumah tangga?
Jangan salahkan poligami-nya, tapi salahkan pelakunya yang belum siap, tapi memaksakan diri.
Saya rasa bukan begini yang diinginkan oleh Rasulullah SAW, beliau
SAW pun akan sedih bila mengetahui hal ini, gara-gara ingin mengikuti
sunnah, hancur semua yang sudah dibina belasan tahun, hancur sudah sang
penerus dakwah ini, dan perceraian yang dibenci oleh Allah SWT, menjadi
halal, walaupun dalam hadist Rasulullah SAW bersabda :
Dari Umar, ia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sesuatu yang
halal tapi dibenci Allah adalah perceraian.” (HR. Abu Daud dan Hakim)
Halal bukan berarti dibolehkan begitu saja dikerjakan, halal dengan
kata lain, bila rumah tangga yang dibina selalu dalam pertengkaran dan
sudah banyak mudhorot-nya, maka jalan cerai itu menjadi halal dan
dibenarkan. Allah pun tidak suka melihat seorang hamba-Nya teraniaya.
Misalkan teraniaya hatinya, sedih yang berkepanjangan, stres dan
bahkan sampai sakit yang berlebihan menimpa si istri yang memang belum
siap di-poligami, maka hal itu di bolehkan, untuk menyelamatkan seorang
ibu, yang harus terus mendidik anak-anaknya.
Mungkin dengan bercerei maka si istri bisa berkonsentrasi dengan
satu hal saja, yaitu mendidik anak-anak lebih baik lagi, sebagai
penerus dakwah, dan tidak lagi memikirkan sakit hatinya yang telah
diduakan dan ‘merasa tidak dihargai’ oleh suaminya.
Mengapa kini poligami menjadi terdengar mengerikan, bahkan para ibu
rumah tangga sekarang banyak yang menjadi ‘parno’ alias ‘para noit’,
atau jadi takut mendengar kata poligami, jangan disamakan para ummahat
sekarang dengan ummahatul mu´minin. Jangan!!!
Kenapa? Zaman sudah berbeda kawan. Apakah para suami juga mau
disamakan seperti Nabi Shallahu alaihi wa sallam? Beliau Shallahu
alaihi wa sallam ber-poligami, tapi kelakuannya baik sekali. Tidak
mengecewakan dan sangat menghargai istri-istrinya.
Wahai para suami yang sholeh kenalilah istri-istrimu dengan baik,
pahami dan cintai dengan sepenuh jiwa, jangan disakiti, jangan
dihinakan, jangan dikhianati cintanya dan jangan dibiarkan sampai
keluar jalur.
Wahai para suami yang sholeh, bimbinglah istri-istrimu dengan cara
yang ahsan, agar kau dapat menjalani keinginanmu dengan cara baik dan
bijak, ingat poligami bukan sekedar penyaluran syahwat, yang berlebih.
Karena kebanyakkan para lelaki mengibaratkan, bahwa lelaki itu
memiliki nafsu yang berlebih, jadi perlu penyaluran tempat yang banyak
atau lebih dari satu, naudzubillahi minzalik.
Saya membaca dalam al-Qur´anul karim, tidak ada Allah menuliskan hal
itu. Karena kewajiban poligami itu dikatakan bagi yang mampu dan dapat
berbuat adil. Syaratnya pun tidak sembarang saja, siapa saja yang baik
dinikahi, tidak seenaknya saja, misalkan memilih yang lebih cantik dan
lebih seksi dari istri pertama, atau kembali ke mantan pacar.
Wah, kalau begitu tujuan utamanya saja sudah salah, bagaimana
mendapat ridho Allah, istri pun pasti merasa dilecehkan, waktu susah
sama-sama, istri masih muda disanjung-sanjung, tapi sudah senang cari
yang baru, istri makin tua, dilupakan.
Apakah anda senang wahai para suami, melihat orang yang selama ini
bersama anda, menolong kesuksesana anda, menjaga aib anda, dan bahkan
makan-tidur anda selama bertahun-tahun lamanya, sejak awal susah hingga
anda sukses dan melahirkan anak-anak anda, dengan ikhlas bangun malam
menjaga amanah dari Allah SWT, kini orang dekat anda itu menangis.
Memohon agar anda tidak dulu menduakannya, karena dia belum siap.
Namun anda tidak memperdulikannya, apakah tidak sebaiknya anda menunda
dahulu agar sang istri siap dunia akhirat untuk di poligami, yang
dengan tujuan karena Allah SWT, apakah anda tidak sebaiknya
membimbingnya dulu agar istri anda dapat menjadi panutan para ummahat
yang lain?
Apakah anda tidak sadar, bila anda berani menyakiti istri anda,
berarti anda juga sudah menyakiti orang tuanya yang sudah
melahirkannya, saudara-saudaranya, bahkan Allah SWT yang menciptakannya.
Melihat situasi seperti ini, mengapa poligami harus dipaksakan,
poligami toh, bukan karena nafsu kan, tujuannya karena hendak menolong
kan, lantas apakah anda lebih mendahulukan menolong orang lain, dari
pada menolong istri anda yang saat anda utarakan niat anda tiba-tiba
istri anda menjadi ling-lung dan stres dikarenakan ketidaksiapannya,
mengapa anda tidak menolong rumah tangga anda dulu saja, yang sudah
anda bina belasan tahun.
Poligami itu-kan menyatukan dua wanita atau lebih, menjadi saudara,
dan saling membimbing serta menasehati, hidup rukun dan tidak ada
percekcokan, bukankah begitu yang diajarkan Baginda Rosullullah saw,
tapi mengapa ketika poligami terjadi, istri pertama dilepas atau malah
istri pertama menggugat cerai, apakah ini yang dinamakan poligami,
kalau kayak begini namanya bukan poligami dong, melainkan menukar istri
yang lama dengan yang baru, kayak beli sepatu saja ya.
Rasulullah SAW amat sangat menghargai istri-istrinya, bahkan Siti
Khadijah yang sudah wafat pun amat sangat Beliau SAW hargai dan
sayangi, sampai-sampai beliau berkata pada Aisyah yang cemburu ketika
Rasullullah SAW sering menyebutkan nama Khodijah, bahwa Khadijah adalah
istri yang sangat beliau sayangi dan tidak tergantikan, seperti dalam
hadist yang berbunyi:
Dari Aisyah radhiyallahu anha pernah berkata,
“Aku tidak pernah cemburu terhadap wanita seperti kecemburuanku
terhadap Khadijah, karena Nabi Shalallahu alaihi wassalam seringkali
menyebut namanya. Suatu hari beliau juga menyebut namanya, lalu aku
berkata, ‘Apa yang engkau lakukan terhadap wanita tua yang merah kedua
sudut mulutnya? Padahal Allah telah memberikan ganti yang lebih baik
darinya kepadamu’. Beliau bersabda, ‘Demi Allah, Allah tidak memberikan
ganti yang lebih baik darinya kepadaku’.” (HR. Bukhari)
Betapa amat sangat menghargai dan cintanya Rasulullah SAW pada Siti
khadijah, karena beliau sadar, tanpa peran dan pengorbanan yang
diberikah oleh Khadijah selama dalam dakwahnya itu, maka dakwah yang
pertama kali beliau lancarkan tidak akan sempurna, dan Siti Khodijahlah
yang pertama kali beriman kepada Rasulullah SAW, serta menjaga
Rosulullah di setiap saat, dari Khodjah pulalah Rosulullah mendapatkan
keturunan.
Nah, bagaimanakah dengan anda wahai para suami yang budiman, adakah
anda sadar apa yang telah anda lakukan selama ini, sudahkah anda
membimbing istri anda dengan baik, jangan ada kebohongan dalam
melaksanakan yang hak, karena kebohongan akan membawa trauma dan
mempersulit keadaan.
Kebanyakan para suami terlupa akan tugas utamanya dalam rumah
tangga, bila sudah tak tahan ingin melakukan poligami. Apapun akan dia
lakukan, agar misinya berhasil, nikah diam-diam itu senjata utama, dan
untuk berbagi waktu maka di gunakan alasan tugas kantor, atau si wanita
yang berpura-pura tidak tahulah bahwa calon suaminya itu sudah berumah
tangga, maka dia terima lamarannya, dan menikah.
Satu alasan yang tidak masuk akal, memang poligami bagi para suami
dibolehkan, dan tidak diwajibkan untuk izin pada istri, namun secara
ahsan dan akhlaq yang baik, apakah tidak diutamakan kejujuran dan
mendiskusikan, apakah selama ini istrinya yang senantiasa setia
disampingnya hanya jadi seonggok daging tak bernyawa, ketika sang suami
ada keinginan untuk menikah lagi.
Cobalah pikirkan dengan kepala dingin dan mata terbuka lebar, wahai
suami yang sholeh. Jangan sampai anda yang tadinya jadi panutan,
gara-gara poligami jadi runutan dan cemoohan, anda yang dulunya
mengutamakan kejujuran, gara-gara poligami jadi menghalalkan
kebohongan, anda yang sangat menjaga kata-kata dengan baik, gara-gara
hendak berpoligami kata-kata anda jadi kasar dan menyakitkan.
Pikirkan dulu dengan matang jangan sampai menyesal di kemudian hari,
anda-kan tidak mungkin menukar keluarga anda dengan keluarga yang baru,
sayangkan keluarga yang telah anda bina puluhan tahun, dengan anak-anak
yang jadi penerus dakwah anda, kini putus di tengah jalan, hanya karena
nafsu dan kesombongan anda yang tidak terkendali.
Syurga yang anda cari justru neraka yang anda dapat, di dunia saja
anda sudah sensara karena perbuatan anda sendiri, apalagi di akhirat
nanti, mau kemana anda berlari, bila yang hak saja sudah anda langgar,
karena menyakiti istri, membuat hidup tak tenang, poligami pun tak
bermanfaat, dakwah anda jadi terbengkalai, anak-anak anda pun menjadi
pemurung dan menjauh dari keramaian.
…. Semoga bisa menjadi hikmah dan pelajaran yang baik buat para suami yang hendak berpoligami ….
Teruntuk sahabatku nan jauh di sana,
Allah mengetuk hatimu…
Allah sedang berbicara padamu
semoga bertambah sabar .. Allah mencintaimu… ukhtiku sayang… ( Siti Aminah khairuddin) – Ummu Mufais
…. Segala puji bagi Allah, yang dengan nikmat-Nya sempurnalah semua kebaikan ….
BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI
…. Subhanallah wabihamdihi Subhanakallahumma Wabihamdika Asyhadu Allailaaha Illa Anta Astaghfiruka Wa’atuubu Ilaik …..
0.000000
0.000000